// THE BEGINNING OF
THIS DRAMA //
Mading penuh sesak dengan para MaBa, mereka sedang
membaca pengumuman entah apa dari senat,
‘Duh .... bisa nggak sih anak-anak senat, nggak bikin
kampus gaduh, nggak tahu apa ya kalo para mahasiswa semester tujuh lagi pada
puyeng mikirin skripsi ....’ dumel seorang gadis yang sedang berkutat dengan
laptopnya,
‘ngaca non .... dulu juga sering bikin kampus gaduh sama
tugas-tugas absurd .... ke anak-anak MaBa ...’ timpal temannya yang juga
berkutat dengan laptopnya, gadis itu mengusap wajahnya frustasi,
‘gue kena karma ,,,,, ‘ keluh gadis itu frustasi,
Gadis itu, Gia, seorang mahasisiwi cantik dari Jakarta yang
lahir di Yogyakarta dan kembali untuk menuntut ilmu di Kota Pelajar,
Yogyakarta, dia sudah hampir empat tahun tinggal di kota ini, di balik sosoknya
yang terlihat tegas dan kuat seorang Gia, menyimpan kisah masa lalu yang kelam
yang membelenggunya, memenjarakan Gia di Jogja tanpa pernah berniat untuk menyambangi
lagi Jakarta.
‘Giaaaaaaa ..... ‘ suara bariton khas laki-laki menggema di
lorong kampus itu, semua orang menoleh ke pemilik suara itu, Ilham seorang
mahasiswa bisnis sahabat Gia yang rela pindah kampus demi menemani sahabat
baiknya kuliah di kota ini, terlihat begitu murka di ujung lorong,
‘aduh ... ini masalah gue kapan abisnya sih .... bab akhir
revisi, masalah sama Ilham, ah finish hidup gue mak .... ‘ratap Gia sembari
mengguncang lengan salah satu sahabatnya yang lain, Iasyah,
‘siapa suruh tho .... kamu macem-macem sama Ilham ....
lagian aneh-aneh wae .... yo kapok ... ‘kata Ias kalem, Gia mendumel lirih tak
terdengar,
‘dasar cabe-cabean abal-abal, calon tante-tante girang
..... ngapain elo pake bilang sama mama gue kalo gue di sini nggak tinggal sama
Pakdhe, ah bisa di gantung gue ... ‘ heboh Ilham sembari mengguncang-guncangkan
bahu Gia, gadis itu memanyunkan mulutnya,
‘kok elo nyalahin gue .... ya abis tante Ana nanya mulu,
sebel gue di tanyain mulu’ kata Gia blak-blakan, Ilham menangkupkan kedua
tangannya tepat di mukanya sendiri,
‘kan elo bisa aja bilang nggak tahu ....’ kilah Ilham, Ias
memelototi Ilham karenanya,
‘ih dosa lho bohong sama Ibu tuh ... ‘kata Ias galak, Gia
terkikik mendengarnya,
‘denger noh .... ustadzah bilang dosa tuh dengerin
...’ bela Gia, Ilham memelototi Gia
lagi,
‘jangan ngeles deh loe, heran gue seneng amat sih ngerjain
gue, ... ‘ gerutu Ilham panjang pendek, Gia merapalkan bibirnya menirukan
Ilham,
‘Gia, elo dengerin gue dong !!’ kesal Ilham, Gia memeletkan
lidahnya dengan cuek,
PLETAK !! BUG !
Ilham menggetok jidat Gia dengan keras, ‘Ilhaaaamm ...’
pekik Gia kesal, sementara Ilham terbahak mendengar jeritan frustasi Gia, Ias
membekap mulut Gia dengan tangannya karena sekarang semua mahasiswa baru tengah
menatapnya,
‘Mbak Gia, kenapa ?’ seorang mahasiswa senat menghampiri Gia
dengan panik,
‘eh endak papa kok Dek ... maaf ganggu ‘ kata Gia malu,
lalu semua orang kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Gia mulai kesal dengan dosen
pembimbingnya, hampir satu jam dia duduk di depan ruangan pembibingnya itu,
sayangnya, bahkan hawa nya pun tak terlihat dari sang dosen,
‘Siang pak .... iya pak saya sudah di depan ruangan bapak,
bapak nggak bisa hadir ?, saya nemuin asisten bapak ? dimana ? baik pak saya
kesana ... ‘ Gia hampir mengumpatkan sumpah serapahnya, bisa-bisa nya dosen
pembimbing yang sudah di tunggu hampir satu jam dengan gampang mencancel agenda
pertemuan mereka yang sudah terjadwal bahkan sejak satu bulan lalu, dan
melimpahkan semua tanggung jawabnya pada asistennya,
Gia memandangi cafe bertema garden ini dengan takjub, ‘ini
cafe baru apa ya ? kok kayaknya baru pertama tahu tempat ini ... ‘gumamnya,
‘selamat siang Kak .... sudah reservasi ?’tanya
Waitressnya, Gia menggeleng ragu,
‘Maaf .... saya belum reservasi soalnya tadi cuman di suruh
kesini ‘jawab Gia polos, si Waitress tersenyum,
‘Mbak Gia ya ?’ tanyanya, Gia mengangguk lalu si pelayan
membawa Gia ke sebuah Meja di ujung ruangan, seorang pemuda dengan tampilan,
yang bisa di bilang layaknya eksekutif muda duduk dengan anggun eh kok anggun,
gagah maksudnya, di sana,
‘Mahasiswinya dosen Fahrul ?’ tanya pemuda itu, Gia reflek
mengangguk, pemuda itu mengulurkan telapak tangannya, meminta sesuatu,
‘ini skripsi saya .... minggu lalu saya revisi bab akhir ...
‘kata Gia, laki-laki itu mengangguk lalu mulai membaca skripsi cukup tebal
milik Gia,
Mereka berdua terhanyut dalam kesibukan masing-masing, Gia
dengan lamunan masa depannya yang absurd dan laki-laki itu sibuk dengan skripsi
Gia,
‘Raka .... elo kok tega
sama gue ?? ‘ tiba-tiba sebuah suara menghancurkan kedamaian kedua orang
tersebut seorang gadis dengan pakaian mencolok yang aneh melotot marah pada laki-laki
itu,
‘apaan sih ? ‘
bentak balik laki-laki itu terkontrol, Gia melongo di tempatnya, gagal paham
dengan situasinya,
‘elo sama siapa ? elo selingkuh sama siapa ? tante-tante
mana ?’ pekik nya galak, Gia meringis ngeri, Laki – laki itu memindahkan dirinya
ke samping Gia, melindungi Gia kalau-kalau Gia di serang, mungkin,
‘elo jahat .... elo kejam .... tega-teganya, ‘ makinya,
‘elo apa-apaan huh ? gue udah bilang gue udah punya calon
istri ... ‘balas laki-laki itu galak, wanita menor itu mendelik,
‘gue bakal aduin sama om Wirya, tapi sebelum itu, mana
calon istri loe mana ? jangan bilang dia ‘pekik wanita itu, laki-laki itu
meraih tangan Gia,
‘bantuin gue bentaran ... please ... bakal gue pastiin
skripsi loe di-acc pak Fahrul dan loe bisa langsung sidang’ bisiknya, Gia
mengangguk patuh, demi skripsinya,
‘dia calon gue kenapa ?’ wanita itu menjatuhkan dirinya ke
salah satu sofa, setelah menoleh ke arah Gia,
‘Raka ... ‘suara wanita lain sukses mengejutkan Raka dan
Gia, muncul seorang wanita paruh baya, asli impor luar negeri alias bule, Raka
membulatkan mata nya sempurna,
‘Mama ... ‘lirihnya yang masih masuk radar dengar Gia,
Gia menelisik ruang tamu rumah besar Raka, gara-gara
pengakuan Raka beberapa jam lalu, wanita Bule yang ternyata ibunya Raka
itu, membawa Gia ke rumah besar Joglo
ini,
‘nama lengkap gue Jackson Raka Wirya, elo tahu kan mesti
manggil gue siapa .... ‘bisik Raka,
‘Bahagia Prameswari .... panggil aja Gia ‘ balas Gia, Raka
mengrenyit, lucu mungkin mendengar nama Gia,
‘sorry deh ... soal ini ... elo tenang aja, setelah
beberapa minggu nanti gue bakal bilang kalau kita udah putus .... ‘bisik Raka,
Gia tersenyum laki-laki yang sejujurnya tampan ini sudah menepati janjinya
untuk membuat skripsi Gia di Acc dosennya, jadi Gia hanya akan menurut saja,
‘Raka ... stay away ... sorry honey’ wanita bule itu
mengusir Raka jauh dari Gia,
‘mama ngapain sih .... ‘gerutu Raka tak terima,
‘nama kamu siapa cantik ?’ tanya Mama Raka lembut,
‘Gia .... budhe ..’balas Gia ragu-ragu, sedikit takut juga,
takut salah bicara,
‘pinter manggilnya budhe .... Mas Wir ...’ wanita itu
memekik nyaring membuat Gia dan Raka kompak menutup telinganya, laki-laki yang
kemungkinan besar adalah Ayah Raka muncul dengan pakaian safari santai,
‘aduh Ma .... kamu mau jodohin Raka sama siapa lagi ? nggak
capek ma ? kasian Raka ma ...’ cerocosnya, Gia ngeri sendiri mendengarnya
‘Pa ... papa ... sabar Pa ... Raka bilang ini calon istri Raka pa
... ‘balas Mama Raka lembut,
‘walah dalah Ayune eram ... ‘komentar laki-laki itu,
‘matur suwun pakdhe ... ‘balas Gia sopan, Mama Adeline
mengerling pada suaminya Wiryadi Prawira penuh kepuasan,
‘anak mana kamu ndhuk ?’ tanya Papa Wirya berwibawa,
‘saya lahir di
sini, sekolah
dulu di Jakarta, Pakdhe, terus balik lagi kesini buat kuliah sambil kerja ....
‘jawab Gia sopan, tanpa di sadari oleh Gia dan Raka, sepasang suami istri itu
terlihat saling mengerling satu sama lain.
// DILAMAR ??//
Gia kembali merebahkan dirinya ke kasur, ‘mentang – mentang
besok, udah sidang aja, kerjaanmu sekarang tidur terus .... ‘ gerutu Ias,
‘ya mau gimana lagi nasib lho ini, ‘kata Gia sambil nyengir
polos, Ias memelototinya kesal,
‘eh ngomong-ngomong Ilham kemana yo ?’ tanya Ias, Gia
menyenggol-nyenggol lengan Ias aktif,
‘cie ... cie .... kangen cie kangen nih ye ..’ goda Gia,
Ias memberengut, mencoba menutupi wajahnya yang memerah,
‘huu .... enak aja .... enggak kok ... kamu ngomong apa toh
Gi .... eh Raka itu gimana kabarnya??’ tanya Ias mengalihkan pembicaraan, Gia
menautkan alisnya,
‘tahu .... lagian ya terserah dia lah penting skripsi
sontoloyo gue udah di-acc pak Fahrul, ... ‘sahut Gia santai, Ias memonyongkan
bibirnya kesal,
‘kok Raka mau sih Gi bikin skripsimu di acc ?’ tanya Ias,
Gia terdiam mendengarnya, sampai hari ini pun, Gia masih menyimpan rapat-rapat
bantuan semacam apa yang dia berikan pada Raka,
TOK .... TOK .....
Ketukan di pintu kamar Ias menyelamatkan Gia dari menjawab
pertanyaan Ias,
‘iya sebentar ..... ‘ Ias beranjak membuka pintunya, nampak
pembantunya berdiri di depan pintu,
‘Mbak
Ias ..... ada Mas Ilham di bawah, ‘katanya, mendengar nama Ilham, Gia melesat
dari kamar Ias menuju ruang tamu, menemukan Ilham yang nampak frustasi sekali,
‘Ham .... abis dari
mana loe muka loe kok kayak kemeja nggak di setrika lecek banget ... ‘kata Gia
sambil duduk di samping Ilham,
‘Gi .... elo mesti pulang ke Jakarta ... setelah wisuda ....
dua minggu lagi..... kalo elo sampai nggak pulang gue mesti nyusul adek gue ngurusin
bisnis bokap di Belanda
‘katanya, Gia menatap Ilham kaget,
‘kenapa gue mesti balik ... ?’ tanya Gia shock,Ilham
menghela nafasnya,
‘Om Wira mau married sableng ..... pulang loe, masak iya
elo nggak mau pulang Om kesayangan loe married ... ‘kata Ilham setengah
dongkol, Gia menggaruk tengkuknya yang tak gatal,
‘iya deh gue pulang ..... ‘kata Gia akhirnya,
‘sekalian itu ... calon loe ajakin ... kenalin ke gue sama
Ias .... iya kalik mama gue lebih tahu duluan padahal yang sahabat elo kan
gue, ‘kata Ilham, Gia kembali
melirik Ilham,
‘calon gue ? calon apa ?’ tanyanya,
‘Jackson Raka Wirya, calon suami loe buluk ... orang tuanya
udah ketemu bokap loe kemarin ... ‘kata Ilham, Gia mencekal lengan Ilham erat,
‘elo bercanda sama gue kan nyung ?’ tanya Gia, Ilham
menggeleng,Gia melorot dari kursi karenanya,
‘apa Ham, kamu tadi bilang siapa ketemu siapa ?’ tanya Ias
sambil meletakkan minuman di meja ruang tamunya,
‘orang tuanya, Jakcson Raka Wirya nemuin bokapnya Gia ...
‘kata – kata Ilham menggantung di udara karena Gia keburu melesat menenteng
tasnya meninggalkan rumah Ias,
‘kenapa malah sampai Papa segala sekarang‘gumamnya, sambil
terus mendumel
Tiba-tiba, Gia di tarik masuk kedalam sebuah mobil sedan
warna hitam,
BUK .... !! Gia meninju orang yang menariknya keras,
‘Arggghh ...’, Gia menoleh shock karenanya,
‘Elo .... ? ngapain loe narik-narik gue ? mau nyulik hah ?’
tanya Gia sambil menatap Raka waspada, sementara Raka menghela nafasnya
dongkol, jelas saja dongkol Gia meninjunya cukup keras,
‘ada yang perlu kita omongin sekarang ... ‘kata Raka sambil
memberi kode sopirnya untuk menjalankan mobilnya,
‘nggak bisa di omongin di sini ya ?’ tanya Gia, Raka
menggeleng lalu sibuk kembali dengan Ipad-nya, Gia merengut mendengarnya,
seumur hidupnya ia bukan orang yang suka di atur dan anehnya dia menurut setiap
Raka yang memerintahnya.
‘Elo tahu .... bokap-nyokap elo nemuin bokap gue ... ‘Gia
berkata heboh begitu Raka memberinya kesempatan bicara, di salah satu bangku
alun-alun Jogja,
‘iya gue tahu ,,.... ‘respon Raka cuek, Gia melirik Raka
tajam,
‘kalo elo tahu ... kenapa nggak loe cegah sih ? katanya ini
cuman buat sementara aja ... ‘ omel Gia heboh,
‘yang salah tuh elo ... !’tuding balik Raka, Gia terdiam
karenanya,
‘kenapa
elo nggak bilang kalo elo anaknya Hananto Suherman ... ‘kata Raka cepat, Gia
mengerutkan alisnya,
‘elo kan nggak nanya .... lagian apa hubungannya sama bokap
gue siapa ... ‘pekik Gia heboh,
‘karena bokap elo .... kolega bokap gue ... ‘sahut Raka
yang langsung membuat Gia terdiam,
‘jangan bilang ..... kalo ini pengaruh sama perusahaan ....
?’tanya Gia pelan, Raka mengangguk
halus, Gia langsung terduduk di bangku taman di sisi Raka,
‘ini sama aja buka jalan buat merger, kalau udah nyangkut saham
kayak gini ..... gue nggak bisa mundur ...’ kata Raka kalem, Gia menggigit
ujung bibirnya frustasi,
‘gue juga nggak mungkin kalau udah nyangkut sama perusahaan
papa ... ‘kata Gia lirih,
‘apalagi kabar hubungan kita
sama pertemuan para orang tua udah masuk ke isu bisnis nasional ...... satu-satunya
cara ya .... terima aja .... kalau elo bakal minta cerai tenang aja ... bakal gue
cerai deh loe ... paling enggak tiga empat tahun kemudian ..... ‘kata Raka enteng niatnya hanya mempermudah
tapi nyatanya yang dia dapat adalah tendangan keras di tulang keringnya,
‘loe pikir kita drama korea apa ? buat gue nikah itu sekali
seumur hidup ..... ‘pekik Gia yang langsung di bekap Raka karena mengundang
perhatian,
‘loe pikir gue juga mau ? buat gue nikah itu sakral kali
.... gue maunya juga nikah sekali seumur hidup gue ... ‘sahut Raka dongkol,
‘ya terus gimana dong ?’ tanya Gia bingung,
‘ya udah .... kita nikah aja buat seumur hidup gimana ?’
sahut Raka cepat, Gia menatapnya tanpa berkedip,
‘elo lagi ngelamar gue apa gimana nih ?’tanya Gia, Raka
mengusap tengkuknya frustasi,
‘yah, terserah deh, elo mikirnya ini lamaran atau apalah’
jawabnya lirih, Gia ikut-ikutan frustasi mendengar jawaban Raka,
‘gue liat elo kayaknya masih muda gitu, kok bonyok loe
ngebet banget elo mesti nikah?’tanya Gia, Raka menoleh kearah Gia lalu menatap
pelataran alun-alun kosong,
‘umur gue, baru dua puluh lima tahun tiga bulan lalu, dan di
keluarga gue, berkembang mitos kalau anak pertama cowok, harus nikah sebelum
usianya genap dua enam, kalo lebih, bakal mati’ Gia membulatkan matanya
bersamaan dengan kata mati yang meluncur dari bibir Raka,
‘ah, elo bercanda aja, mana ada mitos kayak gitu’ kilah
Gia, Raka, menyatukan alisnya,
‘elo pikir gue percaya ? mama gue tuh yang percaya, dan gue
terlalu sayang sama mama gue buat nolak’ jawab Raka, Gia reflek merangkul
lengan Raka,
‘kalo ini buat mama loe gue nggak papa, bakal gue anggep
gue juga lagi menuhin kemauan mama gue yang udah di surga’ lirih Gia,
‘elo yakin ? hidup loe nggak akan sama lagi setelah ini ?’ tanya Raka tak
yakin,
‘ emangnya dengan gue nggak ambil keputusan ini hidup gue nggak berubah,
apappun keputusan gue hasilnya sama aja lagi buat bokap gue’ jawab Gia dengan
kepala masih bersandar di bahu Raka, bila dilihat dari jauh mereka nampak
sangat serasi layaknya pasangan kekasih lain, namun tidak pernah ada yang tahu
bahwa mereka hanya dua orang yang sebelumnya tidak pernah saling mengenal dan
mendadak harus menjalani hubungan.
//PULANG, DAN CALON
MERTUA //
Gia melirik Ilham dan Ias yang duduk
di sampingnya dengan kesal, mereka sibuk berdua sedang dia diacuhkan sendirian,
‘Gi .... senyum dong ....’ kata Ias sambil menggelayuti
lengan Gia, sementara Gia masih menekuk wajah cantiknya, ada banyak hal
berkecamuk dalam benaknya,
‘Gi .... bokap loe ... ‘kata Ilham sambil memandang ke arah
pintu keluar bandara, Gia menarik nafasnya, lalu mengikuti pandangan Ilham dan
menemukan sosok ayahnya yang hampir lima tahun ini, dia hindari,
‘sore om ... ‘kata Ilham sembari mencium tangan Hananto Suherman,
sementara Ias menatap ayah Gia tak berkedip,
‘Gi .... kok kamu ndak bilang toh kalo Papa mu itu, Hananto
Suherman ?’ bisik Ias di dalam mobil, yang membawa mereka,
‘buat apa juga gue bilang sama elu ? emang bakal ngaruh
sama skripsi lu ... ?’tanya Gia sambil terus memainkan ponselnya, Ias cemberut
mendengarnya,
‘Kak ... Papa mau nanya boleh, ?’ Papa Gia, yang di tanya
mengangguk ragu-ragu,
‘kamu kenapa nggak bilang kalau pacarmu anaknya Wiryadi
Prawira ?’tanya Papa tegas, Gia menatap jendela mobil sedan ayahnya sedikit
dongkol,
‘Gia ... nggak tahu kalo Raka itu, anaknya kolega Papa ...
‘jawab Gia, Papanya menarik nafas pelan,
‘kamu nggak main-main sama ini kan Kak ? perusahaan Papa sekarang tergantung sama keputusan
kamu ..... !’ tanya Papanya serius, Gia makin melengos mendengarnya,
‘emang Gia, pernah main-main, Gia kan serius sama semua
keputusan Gia ... lagian tenang aja .... Gia nggak akan pertaruhin karyawan
Papa yang banyak itu .... ‘jawab Gia, yang langsung membuatnya Papanya diam,
‘Gi ... ‘Ias memegang lengan Gia, selama mengenal Gia dan
Ilham, dia hanya tahu kalau hubungan Gia dan Papanya kurang harmonis, namun
baru kali ini Ias melihat betapa sangat tak harmonisnya hubungan mereka,
‘Pa .... anterin aja kerumah om Wira langsung, nggak usah
pulang ke rumah besar ... besok aja abis
acara,... ‘kata Gia yang langsung membuat Ias menoleh padanya,
‘iya ... Om kamu emang maunya kamu langsung ke sana ..
‘jawab Papanya, Gia mengangguk, tak berapa lama mobil sedan mewah Hananto
Suherman, memasuki perumahan elite berharga milyaran di daerah Jakarta,
‘Gi .... ini rumah siapa ?’tanya Ias yang mulai tolah-toleh
kebingungan,
‘ini rumah om gue Ias ... ayo masuk .... elo kerumah guenya
abis nikahan Om gue aja lusa ..’kata Gia sambil menggandeng Ias memasuki rumah
Om Wira yang ramai.
‘akhirnya pulang juga loe .... ‘kata Wira Suherman sambil
menuruni tangga menuju ruang tamu, Gia menyedekapkan kedua tangannya menanggapi
omelan Om kesayangannya, sementara Ias hanya mampu melongo dari tempatnya
berdiri, Om Wira yang sering Gia ceritakan ia pikir adalah seorang Om-om
workaholic hingga belum menikah di usia yang sudah tidak bisa di bilang muda
lagi, bahkan Ias menduga ini pernikahan kedua Om Gia, dan kenyataannya, Om Wira
adalah sosok pangeran dalam drama korea yang sering dia tonton di rumah, masih
muda, kaya, dan tampan,
‘ponakan pulang, peluk kek sambut kek .... ngomel mulu ....
‘sahut Gia cuek, Om Wira tersenyum lalu meraih Gia memeluknya,
‘aduh ... aduh .... Om bau .... belum mandi ya? Jauh-jauh
dari Gia ah .... jorok .. ‘Gia memprotes Om-nya keras-keras, Ias terkikik
melihatnya,
‘oh iya kenalin ini, Iasyah, temen Gia, dari Jogja ...
‘kata Gia memperkenalkan Ias, Om Wira tersenyum membuatnya terlihat sangat
tampan,
‘ya udah .... ajakin naik sana, istirahat ... ‘kata Om
Wira, Gia tersenyum amat sangat manis, lalu menggeret kopernya serta Ias menuju
lantai atas,
‘Gi .... sumpah Om kamu, kuereeenn bianget .... guanteng
tingkat wahid ... ‘kata Ias heboh, Gia menggeleng mendengarnya, lalu beralih
menuju balkon kamarnya,
‘JAKAARTAAA ..... GIAAAA PULAAANGGGG .... !!!’ pekik Gia
yang hampir membuat Ias jantungan.
Gia sedang asik-asiknya bersantai di
ranjang pagi itu, saat tiba-tiba,
Rakanggo Calling ... id nomer Raka di ponsel Gia,
Gia memandangnya ragu, ‘Assallamuallaikum .... Gia
Prameswari ... ‘sapa Gia ramah, terdengar deheman yang sangat di hapal oleh Gia
akhir-akhir ini,
‘ihhh .... elo ngapain ?’tanya Gia jutek, setelah Raka
menjawab salamnya,
‘gue udah di lantai bawah rumah Om loe nih .... buruan
turun, .... ‘perintah sepihak Raka membuat Gia mendengus kesal, anehnya ia
menurut,
‘baru juga jam delapan .... elo mau ngapain sih ?’tanya Gia
sambil turun dari tangga, Raka yang duduk di sofa, meliriknya cuek, terlihat
santai dengan pakaian casual, yang errrr, semakin mengekspos ketampanan Raka,
‘mama gue nyariin elo .... nanya ini lah itulah ....
intinya gue mesti ngajakin elo keluar ... ‘kata Raka, Gia yang masih berdiri di
tangga terakhir mengerutkan alisnya ragu,
‘loh Om gue kemana ?’tanya Gia yang baru sadar rumah Omnya
sepi,
‘katanya mau liat tempat acara gitu tadi .... ayo buruan
... keburu Mama gue ngomel ke kita..... !! jangan bilang elo belum mandi ?’kata
Raka kejam, Gia melemparkan sandal rumah yang di pakainya kesal,
‘udah lagi, enak aja loe ngomong ..., masalahnya Ias gimana
kalo gue pergi sama loe ?’tanya Gia bingung, ia bisa saja mengajak Ias tapi
masalahnya, akan banyak pertanyaan yang Ias lontarkan nantinya pada Raka, dan
ia enggan melihat raut kesal Raka, yang menurutnya adalah wajah yang paling tidak ingin
dilihatnya di dunia ini,
‘Ilham kemana emang ?’ tanya Raka yang masih sibuk dengan
ponselnya, Gia terlihat berpikir sejenak,
‘pinter loe .... bentaran .... gue ganti baju dulu ....
sama nelpon Ilham, ... ‘pamit Gia yang hanya di respon Raka dengan anggukan,
‘Gi .... darimana ?’tanya Ias yang sudah selesai mandi,
‘dari lantai bawah .... Ias .... elo mau jalan-jalan nggak
?’tanya Gia, Ias terlihat berpikir sejenak, lalu mengangguk, Gia langsung
tersenyum mendengarnya, lalu menelpon Ilham,
‘Ham ..... ke rumah Om Wira sekarang .... bawa mobil ....’
kata Gia tegas,tidak ada jawaban dari seberang sana, karena Gia langsung
menutup teleponnya dan bergerak menuju lemari pakaiannya,
‘Gi ... ini siapa ?’ tanya Ias begitu melihat Raka di ruang
tamu,
‘kenalin ini Raka ...’kata Gia pelan-pelan, Ias yang semula
terlihat santai dan tersenyum pada Raka langsung melotot pada Gia,
‘ini yang namanya Raka ... ?’ tanya Ias, Raka memandang Gia
bingung sementara Gia hanya memberi Raka isyarat meminta maaf,
‘jadi dia, orang yang kamu sembunyiin dari aku,
satu-satunya rahasia yang kamu sembunyiin dari aku sama Ilham ?’ tanya Ias
heboh, Gia meringis mendengarnya,
‘jadi kamu ya Ias sahabatnya Gia,‘kata Raka kalem, Gia
terlihat jengah mendengarnya,
‘ya udah Gi, ayo
buruan mama nunggu nih ‘kata Raka sambil
mengkode Gia untuk segera pergi,
‘bentar dulu .... Ilham belum dateng ... ‘sanggah Gia yang
sejujurnya malas pergi dengan Raka,
‘udah kok,
Ilham lagi di dapur ..... ‘jawab Raka yang langsung membuat Gia terdiam,
‘udah Gi .... pergi aja .... tenang Ias aman sama gue ...
kasihan tuh mamanya Raka ..... ‘Ilham berteriak dari arah dapur,
‘okey Ias .... gue pergi dulu sama Raka, entar elo jalan-jalannya
sama Ilham ‘pamit Gia yang langsung membuat Ias melongo shock, Raka berbalik
meninggalkan ruang tamu, di susul Gia yang mengekor dengan patuh,
‘kebiasaan banget sih merintah sesukanya ... ‘protes Gia
sambil memasuki mobil Range Rover Raka,
‘mau gimana lagi udah jadi kebiasaan gue juga ...’kata Raka
cuek,
‘besok-besok belajar nggak ngelakuin itu lagi eh kok loe
tumben nyetir sendiri ? biasanya pakek sopir’tanya Gia lagi, Raka menoleh pada
Gia santai,
‘pakai sealtbelt loe ... ‘kata Raka galak, setelah melihat
Gia tak kunjung memakai sealtbeltnya tanpa menggubris pertanyaan Gia, Gadis itu menurut memakai sealtbelt-nya, dengan wajah
kesal,
‘ngapain di Jakarta gue mesti pakai sopir, kan gue hapal
jalannya,’ Raka menjawab pertanyaan awal Gia,
‘berarti kalo elo di Jogja pakai sopir itu, karena nggak
hapal jalannya ya ?’ tanya Gia, Raka mengangguk membenarkan,
‘eh Budhe Adel ngapain nyariin gue ?’ tanya Gia,
‘mama katanya kangen sama .... calon mantunya ... ‘kata
Raka yang langsung membuat Gia merinding,
‘gue merinding denger elo ngomong gitu .... ‘sahut Gia,
Raka meliriknya dengan tatapan geli,
‘ya abis .... mama gue udah menasbihkan elu sebagai menantu
masa depan dia, di forum emak-emaknya tentunya ....
bahkan dia sampai punya foto elu ... dan di pamerin lagi ke temen-temennya
..... ‘jawab Raka, Gia menoleh ke arah Raka kaget, seekstrem itukah, mama Raka,
‘mama loe, kayaknya ngebet banget punya mantu ... ‘komentar
Gia, Raka mengangguk membenarkan,
‘itu mama tuh ... ‘kata Raka saat melihat mamanya di depan
salah satu butik mahal,
‘kok ke butik ?’tanya Gia bingung, Raka mengangkat bahunya,
lalu mamatikan mesin mobilnya, ‘nggak tahu ..... mama nyuruhnya ke sini .... ya
udah yuk turun ... ‘ajak Raka yang sudah melepas sealtbeltnya duluan.
‘Gia sayang ..... apa kabar ?’ tanya Mama Adeline setelah
Gia mencium tangannya takzim,
‘baik budhe .... ‘jawab Gia sambil tersenyum manis, Mama
Adeline mengangguk paham,
‘ayo masuk ..... kamu juga Ka ... mama udah bikin janji
sama desainernya,’ katanya semangat, Gia memandang papan nama butik itu ngeri,
‘mau ngapain ma ?’tanya Raka yang sepertinya tak terlalu
suka dengan nuansa butik yang terlihat sangat glamour,
‘Selamat Siang nyonya .... selamat datang di butik FERIZKA,
‘seorang karyawati menyambut mereka dengan ramah, sambil menunggu desainernya Mama
Adeline langsung sibuk memilih-milih baju, sementara Raka dan Gia duduk di
salah satu sofa yang di sediakan butik,
‘Gia ? ya ampun ...... ‘seseorang berseru heboh melihat
Gia, yang sedang meringis ke arah Raka yang kebingungan,
‘aku nggak nyangka kamu bakal ke butik aku Gi ..... sumpah
ini kehormatan banget buat aku karena kamu mau mampir kesini .... ‘wanita muda
yang sedikit lebih tua dari Gia itu menjabat Gia dengan heboh,
‘loh Gia ..... kamu kenal sama desainer butik ini ?’ tanya
Mama Adeline yang diangguki oleh Raka,
‘aduh nyonya siapa sih yang nggak kenal Gia Prameswari, dia
itu desainer yang namanya udah terkenal sampai ke mancanegara .... ini yang
desain baju nyonya beberapa bulan lalu, yang nyonya pakai di launching produk
baru ...... ‘kata wanita itu,
‘Gia ?’ Mama Adeline memastikan apa yang di dengarnya,
‘Mbak Feri ini berlebihan banget lho ya, itu tuh cuman
keberuntungan aja mbak ... ‘Gia berkilah sambil tersenyum manis,
‘bikin fashion show di London fashion week udah empat kali,
New York fashion week setiap tahun, sama punya show sendiri di Jakarta fashion
week, keberuntungan ? ya ampun kamu terlalu merendah sayang ... ‘kata Mbak Feri
yang langsung membuat Raka menatapnya kaget,
‘Budhe pengikut fashion, kenapa budhe nggak pernah liat
kamu di majalah ?’tanya Mama Adeline kepo, Gia tersenyum miris mendengarnya,
‘Gia nggak suka di ekspos budhe ..... orang cukup suka sama
baju Gia aja ... ‘jawab Gia halus,
‘ya udah sekarang apa yang bisa saya bantu ?’ tanya Mbak
Feri,
‘gini mbak .... saya mau mbak siapin baju buat mereka ....
‘Mama Adeline menyela dengan cepat, Mbak Feri mengangguk lalu melirik Raka,
‘Gi .... nggak mau kenalin yang itu ke mbak Feri nih ? ‘
sambil menunjuk Raka,
‘Mbak kenalin ini Raka,’ kata Gia hati-hati, Feri memandang
Raka dan mamanya lalu mengangguk,
‘jadi ini calon menantu nyonya yang waktu itu di bicarain
di telepon ternyata ‘Mbak Feri berkomentar sambil menggandeng mama Adeline
menuju ruangannya,
‘elo setenar itu ? kenapa gue nggak tahu ?’ tanya Raka
lirih, Gia menoleh ke kanan dan kiri mengecek keadaan,
‘yang tahu kalo gue desainer itu cuman, Ilham, Ias, pegawai
butik gue, sama para desainer senior aja ... dan sekarang tambah elo sama Budhe
Adeline .... ‘bisik balik Gia, Raka menjentikkan jarinya di dahi Gia,
‘adduuh ..... sakit tahu ..... reseh loe ... ‘komentar Gia
sambil mengelus dahinya,
‘abis ini kayaknya kita perlu bikin data diri ... biar bisa
lebih tahu satu sama lain, banyak bener rahasia loe‘kata Raka sambil membetulkan poni
Gia yang berantakan karena ulahnya,
‘aduh .... malah dua-duaan di sini ..... ayo masuk sini ...
‘Mbak Feri menggoda mereka dengan senyum merekah,
‘kamu pilih mana Gia sayang ? ini atau yang ini ?’ Mama
Adel menunjukkan dua pasang gaun berwarna ungu dan putih, Gia melirk Raka lalu
keduanya menggeleng bersamaan,
‘Ma ... mama nyariin gaun buat Gia emang mau ada apa
?’tanya Raka,
‘aduh ya ampun Raka .... kamu lupa apa kalau akhir bulan ini itu ada makan malam
keluarga besar di Marriot, mama mau Gia hadir di sana ..... dan kamu juga harus
hadir, kenalin Gia ke semua keluarga kita .... ‘jawab Mama Adel sambil
menimang-nimang kedua gaun itu, Gia menyenggol Raka mendengarnya,
‘ma ..... nggak usah ajak Gia dulu .... lah ..... Raka juga
nggak bisa dateng ada meeting ke Singapur ma ... ‘tolak Raka yang langsung
disambut pelototan Mamanya, Gia melirk Raka takut-takut,
‘kalau kamu nggak ada kan nanti ada mama ... ‘kilah
mamanya, Raka memandang mamanya ngeri,
‘nggak yakin ..... nggak kasian apa ma nanti kalo Gia
disana cuman melongo ...’ tambah Raka, Gia mengangguk membenarkan,
‘udah ..... yang penting Gia pilih dulu mau yang mana ....
‘putus mamanya mutlak, Raka menyandarkan diri ke sofa ruang kerja Mbak Feri
jengkel,
‘budhe ..... Gia pilih yang ini aja boleh ?’ pinta Gia
sambil menunjukkan sebuah gaun warna peach, yang berpotongan sederhana namun
terlihat manis,
‘itu nggak terlalu sederhana sayang ?’ tanya mama Adeline
memastikan,
‘Gia nggak suka yang glamour ma ..... jangan samain lah Gia
sama anak temen-temen mama ... ‘kata Raka sambil memainkan Iphonenya,
‘ya udah kalo gitu cobain dulu, siapa tahu kegedean dan
perlu dikecilin ... ‘kata Mbak Feri yang langsung di setujui oleh Mama Adeline,
Gia menerimanya dengan senyum manis yang terpaksa,
‘pas kok budhe .... nggak perlu di kecilin .... ‘kata Gia
sambil membuka gorden ruang pas, Raka mengangkat sebelah alisnya memandang Gia,
gaun peach itu melekat pas di badan Gia,
‘itu roknya nggak kurang ke bawah apa ?’ tanya Raka sambil
menunjuk bawahan gaun itu yang menggantung sedikit diatas lutut, mama Adeline memandang Raka kesal, anaknya ini
terlalu banyak protes,
‘iya Mbak Feri, Gia maunya di panjangin dikit boleh ?’tanya
Gia yang langsung diangguki Raka, Mama Adeline menatap Gia tak percaya,
‘nggak papa nggantung dikit biar lebih sexy ... lagian
cuman dikit aja .... ‘mama Adeline memprotes balik Raka,
‘enggak .... mama ..... gaunnya harus di bawah lutut ....
titik .... mama pilih gaunnya di panjangin atau Raka nggak akan bawa Gia kesana
... ‘putus Raka batu, Gia menggeleng melihat perdebatan keduanya,
‘budhe .... gaunnya di panjangin ya ? Gia nggak suka di
atas lutut ... ‘Gia menawar Mama Adeline, yang langsung mengangguk pasrah.
Sudah hampir seharian Gia dan Raka terjebak, bersama mama
Adeline, mulai dari ke butik, muter-muter mall dan sekarang makan,
‘aduh .... mama lupa kalau ada urusan .... kalian makan
berdua aja ya .... dada sayang .... ‘mama Adeline berlari kecil meninggalkan
Gia dan Raka,
‘ah nyokap gue tuh .... ‘kata Raka sambil menyandarkan diri
ke sofa,
‘hihi ..... nyokap elo lucu tahu .... kontras banget sama
elo ... ‘kata Gia sambil menyesap es cokelatnya, Raka menggeleng mendengarnya,
‘ngomong-ngomong soal acara om loe besok ..... gue bisanya
dateng pas resepsi soalnya pagi sampai rada siangan gue ada meeting seinget gue
... ’ kata Raka yang juga mulai menyantap makanannya, Gia mengangguk
mendengarnya,
‘nggak papa .... lagian waktu ijab qobul juga kebanyakan
dari keluarga perempuan, dan keluarga Suherman kebanyakan bakalan hadir malem
nya ... tahu sendiri kan Keluarga Suherman kayak apa .... ‘kata Gia santai,
Raka manggut-manggut karenanya,
‘ngomong-ngomong gue mau nanya sama elo soal yang tadi ...
‘kata Raka,
‘yang tadi ? maksud loe mbak Feri ?’ tanya Gia,
‘iya ..... soal itu .... bokap loe nggak tahu ya ?’ tanya
Raka, Gia menggeleng pelan,
‘gue belum bilang ...... rencananya waktu wisuda tiga bulan
lalu pas Papa ke Jogja, gue mau kasih liat butik gue ...... tapi karena papa
nggak dateng ya nggak jadi ... ‘jawab Gia lirih,
‘bisa-bisanya ..... elo kan anak kesayangan bokap loe .....
bokap loe nggak suka ya elo jadi desainer ?’ tanya Raka lagi, Gia menendang
kaki Raka yang ada di bawah meja, hal yang senang ia lakukan akhir-akhir ini,
‘hubungan gue sama bokap itu .... nggak seharmonis yang di
lihat orang-orang Raka ... makanya gue terbiasa ambil keputusan sendiri dari
gue SMA dan sejak gue kabur kuliah ke Jogja hubungan gue sama bokap makin
awkward ...., dan ngasih tahu bokap soal usaha gue itu ibarat nunggu bom atom
meledak, gue sengaja nggak kasih tahu bokap sebelum usaha gue keuntungannya
gede ... biar bokap nggak ikut campur ..... ‘jawab Gia panjang lebar,
‘hubungan kalian nggak harmonis ..... ? unbelieved banget
deh Gi .... soalnya gue pernah liat wawancara bokap loe di salah satu media
asing gitu .... dia bilang semua pencapaiannya dia itu karena termotivasi tiap
ngeliat putrinya ....’ sanggah Raka sambil mengetuk-etuk garpu ke bibirnya,
‘anak bokap gue bukan cuman gue .... ‘jawab Gia cepat,
‘bukannya elo anak tunggal ya ?’
‘elo bakal tahu besok malem ... ‘Gia menjawabnya singkat,
‘okey ..... elo harus kasih tahu gue besok malem ....’
putus Raka, Gia mengangguk menyetujuinya.
Gia berlari kesana-kemari dengan
kebayanya, semua hal pagi ini, benar-benar kacau, mulai dari tante-tantenya
yang telat make-up karena kurang perias, hingga memaksa Gia turun tangan
sendiri merias para tantenya para om-omnya yang memperebutkan baju batik,
sampai para ponakan yang berebut permen, mengacaukan pagi di kediaman Wira
Suherman, yang biasanya damai,
‘Gi ..... udah beres semua ?’ tanya sang calon pengantin
sambil menuruni tangga dari lantai dua, dengan baju untuk akad nikahnya yang
sudah siap,
‘kalo nggak inget hari ini, hari bahagia om ..... yakin Gia
bakal hajar Om Wira, ... ‘ omel Gia sambil membetulkan make-upnya sendiri,
‘loh Raka, Gi .... pasti elo cuekin dari pagi tuh anak ....
‘Om Wira menunju sesosok objek di teras depan, Gia memicingkan matanya
mengamati sosok itu,
‘hei ..... elo katanya ada meeting .... ‘Gia duduk di
samping Raka yang kelihatan suntuk banget,
‘elo tahu ..... semalem mama gue bikin kekacauan ...
‘cerita Raka, Gia menahan bibirnya untuk tidak tersenyum membayangkan yang
dilakukan wanita bule nyentrik itu,
‘pasti meeting elo dicancel semua ya ?’ tanya Gia, Raka
mengangguk,
‘iya dan dia nelponin klien gue satu-satu, bayangin tuh
sambil bilang katanya gue mesti nemenin elo seharian ini ... ‘ kata Raka lirih,
tawa Gia lolos mendengarnya,
‘malah ketawa ..... ‘protes Raka, Gia mengibaskan tangannya
tanda tak kuat lagi tertawa,
‘Gia .... eh sorry gue ganggu ya ?’ Ilham muncul dengan
wajah kaget yang tak di buat-buat,
‘enggak kok bro ... ‘jawab Raka sambil tersenyum, Gia
menatap Raka dan Ilham bergantian,
‘Ham .... baju batik yang itu kemarin masih sisa satu kan ?’
tanya Gia, Ilham mengangguk membenarkan,
‘iya .... kemarin waktu dibagi kelebihan satu ... soalnya
waktu pesen itu Om Wira di hitung juga ... ‘jawab Ilham yang masih berdiri di
samping pintu,
‘elo taruh mana sisanya ?’ tanya Gia, Ilham terlihat
berpikir sejenak,
‘di kamar tamu sebelah kiri kayaknya soalnya barang-barang
di suruh taruh sana semalem ... ‘jawab Ilham,
‘elo mau nggak pakai batik kayak Ilham ? .... kalo nggak
mau juga nggak papa ’tanya Gia ke Raka,
‘ya udah nggak papa ... ‘jawab Raka kemudian, Gia tersenyum
lalu memandang Ilham,
‘Ham .... anterin sama ambilin Raka ya ! gue mau cek
semuanya udah ready belum ... ‘kata Gia sambil memainkan alisnya ke Ilham,
tanpa menjawab Gia, Ilham mengkode Raka untuk
mengikutinya,
‘gue titip Gia ya .... ‘kata Ilham sembari menyerahkan baju
Batik pada Raka,
‘hah ? maksudnya ?’tanya Raka bingung,
‘dia udah kayak adik gue, dari kecil gue udah bareng-bareng
sama tuh anak .... nggak pernah ada rahasia antara gue sama Gia, dan elo
satu-satunya ,.... ‘jawab Ilham yang makin membuat Raka bingung,
‘elo tenang aja .... Insyaallah gue jagain dengan baik ,
‘jawab Raka yang sudah berganti pakaian dengan baju Batik,
‘mungkin Gia, belum cerita ini ke elo .... karena ini
menyangkut masalah internal ..... soal keluarga dia, gue cuman mau bilang, di
balik Gia yang keras kepala, nyebelin, suka ngatur, pemarah, Gia itu cengeng,
.....‘Raka mendengarkan penjelasan Ilham dengan seksama,
‘ya udah ..... ayo balik, bentar lagi, berangkat
kayaknya.... ‘kata Ilham, Raka mengangguk mendengarnya,
‘nah .... kalo diliat gini kan bagus ... ‘komentar Gia
begitu melihat Raka dan Ilham,
‘udah siap semua ?’ tanya Ilham, Gia mengangguk, lalu
menoleh kesana kemari mencari seseorang,
‘Ham .... Ias kemana ya ?’tanya Gia, Ilham tersenyum, lalu
menunjuk dengan dagunya pada Ias yang sedang menggendong ponakan Gia dan Ilham,
‘Ham .... kode tuh .... kode,.... ‘kata Gia sambil
menyengggol-nyenggol bahu Ilham,
‘kode apa ?’tanya Ilham bingung, Raka tersenyum melihat
tingkah keduanya,
‘kode dari Ias buat elo bro .... minta di seriusin ... di
perjelas arah hubungan kalian ‘celetuk Raka yang langsung di acungi jempol Gia,
‘wah .... Raka .... elo kok malah ikut-ikutan kesedengan
Gia sih ?’tanya Ilham salah tingkah, Gia terkikik mendengarnya,
‘ayo semua !’ seorang Om Gia mengomando semua orang untuk
berangkat,
‘gue ikut mobil siapa nih .. ?’tanya Gia kebingungan,
‘ya gue lah ...’jawab Raka spontan sambil menarik tangan,
Ias dan Ilham mengekori Gia menuju mobil Raka,
‘Gi .... gue kok nggak liat Papa loe dari tadi ?’ tanya
Raka setelah masuk ke mobilnya, Ias dan Ilham saling pandang di kursi penumpang
belakang,
‘dia masih di pesawat dari Jepang .... paling nanti malem
dia ada ..... tenang gue kenalin entar malem .... ‘jawab Gia sambil memainkan Iphonenya,
‘ow .... Gi,kebiasaan banget sih.... sealtbelt loe ...
‘Raka memperingatkan Gia,
‘cuman tiga puluh menitan, gue mesti pakai juga ?’ sanggah
Gia, Raka melirknya,
‘harus ... ‘jawabnya mutlak, Gia memanyunkan bibir
mungilnya lalu memakai sealtbeltnya, melihat pertengkaran kecil Gia dan Raka,
Ilham sontak terbahak sendirian,
‘gue mesti bikinin piala buat elo .... ‘kata Ilham pada
Raka,
‘piala ? buat gue ? kenapa emang ?’tanya Raka bingung,
‘karena elo satu-satunya yang bisa merintah Gia kayak gitu
bro .... ‘kata Ilham yang di sambut pelototan Gia, dan anggukan mantap Ias.
Ijab qobul berlangsung lancar pagi menjelang siang itu,
tangis haru pengantin wanita menandakan betapa bahagianya pengantin itu, hingga
tak mampu ia ucapkan dengan kata-kata,
‘ya udah gue balik dulu ya .... ke kantor bentaran ....
terus pulang .... takut ketahuan mama ... ‘pamit Raka setelah kembali ke rumah
Om Wira,
‘iya ati-ati loe di jalan .... salamin buat Budhe Adel sama
bokap loe, dan prepare aja buat entar malem siapin jawaban yang banyak, semoga aja
keluarga gue nggak kepoin elo ... ‘jawab Gia, Raka gemas mendengarnya lalu
mengacak poni Gia,
‘Raka .... susah tahu bikin poni seperfect ini ... ‘kesal
Gia manyun,
‘sampai ketemu nanti malem, assallamuallaikum ... ‘kata
Raka sembari masuk ke mobilnya,
‘waallaikumsallam ... ‘jawab Gia lirih.
Raka mengedarkan pandangannya ke
penjuru balairung besar tempat acara resepsi itu di laksanakan, sejujurnya ia sudah
tiga kali mengelilingi
balairung ini, mencari Gia, dan sayangnya usahanya tak membuahkan hasil, bahkan
Ilham yang biasanya mudah ditemui dimana saja nihil,
‘Raka !!’ terdengar namanya di panggil cukup keras, Raka
mengamati orang itu dan mendapati Ias melambai padanya,
‘Gia mana ?’ tanya Raka setelah mendekat pada Ias,
‘dia lagi bantuin tantenya .....‘jawab Ias,
‘oh gitu .... ‘respon Raka, Ias tersenyum melihatnya,
‘Raka ..... aku boleh nanya nggak ?’tanya Ias hati-hati,
‘nanya apa ?’tanya balik Raka, Ias sedikit ragu
mendengarnya,
‘kamu nggak akan nyakitin Gia kan ?’tanya Ias, Raka sedikit
terperanjat mendengarnya, lalu tersenyum,
‘muka gue emang bad boy banget ya Ias ?’tanya Raka sedikit
bingung, Ias tertawa mendengarnya,
‘enggak maksud juga bilang gitu aku .... ‘sahut Ias cepat,
Raka menggeleng mendengarnya,
‘kalian,segitu sayangnya ya sama Gia ? enggak Ilham, enggak
loe intinya sama, minta Gia supaya jangan disakitin .... ’ tanya Raka gemas, Ias tersenyum,
‘dia pernah di lukai ..... dan aku nggak mau dia hancur
karena hal yang sama, ... ‘jawab Ias lirih, Raka mengangguk lalu menepuk bahu
Ias,
‘tenang, gue bakal jagain dia sampai akhir ‘kata Raka percaya diri, Ias balas tersenyum
ke Raka,
‘Ias .... elo lagi nggak ada niat buat nikung Gia kan ?’ tanya Ilham yang di sampingnya berdiri
Gia, Ias menendang Ilham karenanya,
‘enggak lah, Raka bukan tipe ku ... ‘jawab Ias cepat,
‘iya lah bukan tipe, tipe nya kan elo Ham ... ‘ceplos Raka
yang kontan membuat keduanya salah tingkah, Gia tersenyum mengamati kedua
sahabatnya salah tingkah, sementara Raka memandang Gia takjub, karena Gia tampak
sangat cantik dengan gaun tanpa lengan warna darkblue yang sangat cantik, bahu
putihnya terekspos indah dengan rambut yang di gerai ke samping, di tambah make
up natural yang membuat kecantikannya kian terpancar,
‘Raka ..... Gia emang cantik jadi biasa aja mandanginnya,
‘Ilham membalas menggoda Raka, Gia melirik Ilham tajam,
‘yee ya masa bodo ... ‘kilah Raka, Ilham menyodorkan
lengannya yang di gelayuti Gia pada Raka,
‘mau ngapain loe ?’tanya Gia, Ilham mencebikkan bibirnya
pada Gia,
‘tugas gue ,nenteng elo kemana-mana selesai, udah ada Raka,
gue mau makan’ kata Ilham sambil memindahkan tangan Gia ke lengan Raka, Gia
sempat ingin protes, namun mengingat ini malam bahagia om-nya ia enggan
memancing keributan,
‘ya udah sonoh loe pergi, gue mau nyari om-om gue dulu ...
‘sahut Gia ketus, Ias dan Ilham kompak terkikik, lalu berlalu beriringan
meninggalkan Raka dan Gia,
‘mereka nggak tahu ya Gi soal, sandiwara kebablasan kita
?’bisik Raka, Gia menggeleng,
‘jangan kasih tahu mereka, biar aja mereka mikir kayak apa
yang mereka pikir sekarang , mereka terlalu sering mikirin gue,’ bisik balik
Gia, Raka mengangguk, lalu melangkah membawa Gia, ke salah sisi yang lebih
lapang, Gia lalu memperkenalkan Raka pada beberapa kerabatnya yang belum sempat
di kenalkan pada Raka tadi pagi,
‘elo cantik juga kalo pakai pakaian feminim gini .... ‘puji
Raka secara tak langsung, Gia tersenyum manis, lalu menepuk lengan Raka yang di
pegangnya,
‘elo juga cakep kok ... ‘balas Gia, Raka sudah hendak
mengacak poni Gia, namun gadis itu dengan cepat mengelak,
‘eits .... jangan harap bisa berantakin poni gue lagi ...
‘kesal Gia, Raka menahan tawanya agar tak lolos,
‘orang nggak jadi juga ... lagian kalau rambut loe, gue
berantakin, bisa-bisa gue pulang nama entar ... ‘canda Raka, Gia manyun
mendengarnya, Raka menolehkan kepalanya kesana-kemari, merasa ada yang
mengawasi,
‘Kak ... ‘sebuah suara halus terdengar lirih, Gia dan Raka
menoleh bersamaan, Raka merasakan pegangan Gia di lengannya menegang,
‘ada apa ?’ suara ceria Gia berubah dingin menjawab gadis
itu,
‘di tunggu Papa, pacar kakak juga,’katanya, Gia mengangguk,
saat gadis itu akan berbalik, Raka sempat melihat tatapan sedih gadis itu ke
arah Gia,
‘ayo Rak ... ‘Gia melangkah pelan, Raka mengikutinya
perlahan,
‘Gi .... itu tadi siapa ?’ tanya Raka, Gia menarik nafasnya
panjang,
‘entar aja, gue kenalin ... elu juga bakal tahu ... ‘jawab
Gia, Raka mengangguk lalu mengambil alih membuka jalan menembus para tamu yang
menghalangi jalan, sekitar sepuluh menitan Gia dan Raka tiba di depan sebuah
ruangan yang berada tepat di depan ballroom acara resepsi, Raka membukakan
pintu untuk Gia, di dalam ruangan itu, tampak Hananto Suherman dengan pakaian
tuxedonya,
‘malem Pa ... ‘Gia buka suara lalu mencium tangan Papanya,
‘selamat malam Om ... ‘Raka mengekor di belakangnya, juga
mencium tangan Papa Gia,
‘ayo duduk ... jangan sungkan ... ‘seorang wanita menyahut,
dia duduk tak jauh dari Hananto Suherman, di samping wanita itu, gadis yang
memanggil Gia tadi duduk di sampingnya,
‘malem ...... Gia ... ‘sapa wanita itu, Gia tersenyum namun
tangannya mengeratkan pegangannya ke lengan Raka,
‘Gi .... !’ panggil Raka lirih,Gia tersenyum ke arah Raka,
‘Raka kenalin ini Papa ku .... kamu tahu kan namanya, ini
Hilda, adikku dan Bunda Heni, mamanya Hilda ... ‘kata Gia sambil menunjuk
anggota keluarga intinya satu persatu,
‘Pa ..... kenalin ini, Jackson Raka Wirya, maaf baru bisa
ngenalin sekarang,’ lanjut Gia, Papanya mengangguk lalu menyuruh Gia dan Raka
duduk di depannya,
‘Gia, apa kabar ?’ tanya Bunda Heni seraya tersenyum ramah,
‘baik bunda .... maaf beberapa tahun ini Gia, nggak pernah pulang
... banyak kegiatan ‘jawab Gia, Raka memandangnya aneh, cara bicara itu bukan
milik Gia yang normal,
‘kalian udah lama pacaran ?’tanya Papa nya sambil memainkan
jari-jarinya di ujung kursi, Gia melirik Raka,
‘lumayan Om .... ‘jawab Raka berani, ‘bohong baru juga kenal enam bulan’batin Raka
‘kalian rencana menikah kapan ?’tanyanya lagi, Gia menatap
Papanya kaget,
‘setelah Gia selesai sama Fashion shownya Om ... ‘jawab
Raka, Gia terlihat tak terima mendengarnya, sedikit takut, Raka secara tak
langsung membongkar profesi sampingannya,
‘Fashion show ? jadi kamu beneran desainer Gi ?’tanya
Papanya, Gia mengangguk lalu menunduk dalam-dalam,
‘kenapa nggak cerita ke Papa soal bisnis kamu ?’tanya Papa,
Gia mengigit ujung bibirnya,
‘Gia nggak mau ngecewain Pa kalau nanti bisnis Gia gagal ....
takutnya Papa nggak setuju .... ‘jawab Gia, senyum tipis tercetak di bibir
Hananto Suherman, Hilda yang duduk di seberang Raka memandang Gia takjub,
‘okey .... kalau kalian mau nikah setelah urusan Gia
selesai, terserah kalian ... ‘putus
Hananto Suherman mutlak, Gia meremas telapak tangan Raka kuat-kuat, membuat
Raka sedikit meringis nyeri,
‘Mas .... apa kita nggak sebaiknya bahas ini sama orang
tuanya nak Raka ?’ tiba-tiba Bunda Heni angkat bicara, Hananto Suherman
berdehem mendengarnya,
‘aku udah ketemu mereka .... dan mereka nyerahin semuanya ke Gia sama
Raka, jadi kenapa kita nggak ngelakuin hal yang sama ... ‘jawabnya tegas, Bunda
Heni mengangguk lalu menyodorkan teh pada semua orang,
‘jadi kakak bakalan beneran nikah ?’tanya Hilda, Gia
meliriknya lalu melirik Raka,
‘iya ..... kenapa emangnya ?’tanya Gia, Hilda terlihat ragu
bicara,
‘Nak
Raka .... bunda titip Gia ya .... jagain baik-baik ... ‘kata Bunda Heni seraya
tersenyum hangat, Gia kembali meremas telapak tangan Raka di bawah meja,
‘iya tante ...’ jawab Raka sambil balas menggenggam tangan
Gia,
‘nggak kapok kan Rak, punya pacar kayak Gia ?’tanya Papa
Gia sambil menyesap teh hangatnya,
‘kapok om ? enggak, sejauh ini belum ada sifat Gia yang
bikin saya kapok ... mungkin kapoknya kenapa nggak dari dulu aja saya ketemu
Gia, ‘jawab
Raka, ‘kecuali kegalakannya yang ampun
bisa bikin orang pengen bunuh diri ....’ protes batin
Raka setelahnya, enam bulan kebelakang selama proses pendekatannya dengan Gia dia
memang sering menjadi korban amukan Gia secara mendadak,
‘emang Gia nggak manja ?’ tanya Hananto Suherman lagi, Gia
memandang Papanya sebal,
‘manjanya masih wajar kok Om .... menurut saya ... ‘jawab
Raka yang di angguki oleh Gia,
‘Om titip anak Om ya Rak
... ‘kata Papa Gia selanjutnya, Gia memandang Papanya sejenak lalu
melangkah meninggalkan kursinya keluar ruangan tergesa, tanpa bicara apa-apa,
‘Gi ..... !’ Raka memanggilnya namun Gia terus melangkah
tanpa mau menoleh ke belakang,
‘Om .... saya susulin Gia dulu ‘pamit Raka, Hananto
Suherman mengangguk,
‘Raka .... jaga Gia baik-baik, Om udah nyakitin dia banyak
banget, tugasmu cuman bahagiain dia ... ‘kata Hananto Suherman sebelum Raka
melangkah keluar ruangan, Raka melangkah dengan cepat mencari Gia, entah
mengapa perasaannya di liputi kecemasan,
‘Gi ..... ‘Raka memanggil nya, di ujung ballkon, Gia tak
menoleh bahunya naik turun menandakan dia sedang menangis,
‘Gi .... elo kenapa
?’tanya Raka sambil menyentuhkan tangannya ke bahu Gia, Raka memutar Gia
yang tak kunjung menjawab menghadap ke arahnya, nampak air mata yang meleleh
dengan deras di kedua pipi Gia,
‘gue salah ngomong ? maaf ... ‘tanya Raka, Gia menggeleng,
‘Mama .... gue kangen mama .... ‘lirih Gia, Raka
mengerutkan alisnya,
‘udah jangan nangis ah ...... entar make up loe luntur Gi,
.... ‘kata Raka sembari menyeka air mata di pipi Gia,
‘kalo mama masih hidup .... pasti hubungan gue sama papa
nggak sekaku ini, ‘tangis Gia kian menjadi, Raka mendekap Gia ke bahunya,
menjadikan bahunya sandaran Gia,
‘udah dong Gi .... jangan nangis lagi, mama loe sedih kalo
ngeliat elo nangis gara-gara dia ... ‘kata Raka sambil mengelus rambut panjang
Gia,
‘ya udah ..... kapan-kapan gue cariin waktu senggang, terus
kita ziarah ke makam mama loe ya ?’ Raka menawarkan sebuah ide yang langsung
membuat Gia mendongak ke arahnya,
‘elo yakin ?’tanya Gia, Raka tersenyum lalu mengangguk, Gia
melepaskan diri dari pelukan Raka lalu mengusap sisa-sisa air matanya,
‘ah gue jelek banget nangis ... ‘kesal Gia sambil menutupi
mukanya dengan rambut panjangnya,
‘apa sih loe, sama gue doang juga .... yang lebih
jelek dari ini juga pernah gue liat ... ‘kata Raka sembari merapikan rambut Gia dari
wajahnya,
‘ayo masuk, Ka .... di sini dingin nih .... ‘kata Gia
sambil mengusap lengan dan bahunya yang terekspos, Raka mengangkat alisnya,
‘mau pakai jas gue ?’ tanya Raka, Gia langsung menggeleng,
‘emang film apa kalo ceweknya kedinginan cowoknya
ngelepasin jaket, atau jas nya’omel Gia yang langsung di tanggapi gelengan
Raka,
‘ya udah sini, gue peluk aja deh ,.... ‘kata Raka sambil
merentangkan lengannya, tanpa di duga-duga Raka, Gia mendekat ke dalam pelukan
Raka,
‘anget ya di peluk elo .... ‘komentar Gia yang sukses
membuat Raka mendadak jantungan,
‘Kak Gia ... ‘Gia yang masih di peluk Raka menoleh ke
sumber suara nampak Hilda dan seorang cowok berdiri di sampingnya, nampak
kesedihan di wajah pemuda itu, melihat Gia yang berada dalam dekapan Raka,
Gia tersenyum, Hilda terlihat
ragu melirik pemuda di sampingnya,
‘Kak .... ada yang mau ngomong sebentar sama kakak’ kata
Hilda, Raka yang paham maksud Hilda menoleh pada Gia,
‘ya udah, gue tunggu di dalem ya ... ‘kata Raka, Gia
menggeleng mendengarnya,
‘enggak usah, siapa sih Hil ?’tanya Gia sambil melirk Raka
tajam,
‘gue Gi ... ‘ pemuda itu langsung menyela, Raka mengerutkan
dahinya, sangat terlihat kalau orang itu sangat merindukan Gia,
‘oh elo .... oh iya Raka .... kenalin, dia Deni mantan
pacar gue, dan Deni kenalin dia calon suami gue,’ Gia terlihat penuh penekanan
saat mengatakannya, Raka sampai begidik ngeri melihatnya,
‘ya udah kalau emang ada yang mau kalian bicarain ... gue
mau duduk di sana dulu ‘ kata Raka pada Gia, Raka lalu berjalan menuju sofa di
ujung lorong di ikuti oleh Hilda,
‘jadi ada apa ?’tanya Gia, Deni menarik nafasnya, lalu,
‘apa kabar Gi ?’ tanya nya, Gia tersenyum,
‘baik, kabar gue baik, soalnya skripsi udah
beres, KKN udah beres, sidang juga udah beres, dan tinggal nunggu wisuda ...
‘jawabnya enteng, Deni tersenyum, dia merindukan sosok cerewet ini, gadisnya
yang pergi tanpa mengatakan apa-apa empat tahun lalu dan kembali bersama
seseorang yang di akui Gia sebagai calon suaminya,
‘kenapa loe ? ada yang salah sama gue ?’tanya Gia, Deni
menggeleng, bukan ini maksudnya, dia ingin bicara banyak tapi kata-kata yang
sudah di rangkainya menguap bersamaan dengan matanya yang menangkap kemesraan
Gia dan Raka,
‘Gi, elo serius mau nikah sama cowok itu ?’ tanya Deni, Gia
sedikit terkejut mendengarnya,
‘kenapa loe nanya gitu, ?’tanya balik Gia, Deni terlihat
sedih,
‘Gi
..... gue .... ‘kata Deni terputus, Gia berlalu memunggunginya, seolah paham
dengan apa yang akan di katakan Deni, mengungkit masa lalu mereka yang bagi Gia
adalah kepahitan,
‘kalo loe nyari gue cuman buat ngomongin masalalu sorry,
gue menatap masa depan, nggak noleh ke belakang lagi, ‘kata Gia tegas,
Raka memandang ke arah Gia dan Deni cemas, takut kalau Gia
akan menangis lagi, entah kenapa melihat Gia menangis membuat hatinya tak
tenang,
‘udah lama kenal kak Gia ?’tanya Hilda, Raka menoleh ke
arah Hilda lalu mengangguk,
‘Kak Gia cerita kalau dulu punya pacar ?’tanya Hilda lagi,
Raka sedikit jengkel mendengarnya,
‘cerita sih,tapi gue nggak kenal semua, dia mantan pacarnya
di Jogja kan juga banyak sebelum sama gue ‘sahut Raka setengah dongkol,ia orang
yang irit bicara sejujurnya, hanya bersama Gia saja Raka akan berubah over
cerewet melebihi kebiasaannya dan dengan orang lain Raka tetap sama, irit
bicara, apalagi dengan yang tak terlalu akrab,
‘jadi termasuk soal Deni ?’ tanya Hilda, Raka menoleh pada gadis
yang mungkin akan menjadi adik iparnya itu, nampak Hilda menunduk dalam-dalam,
‘mungkin pernah, tapi nggak tahu juga sih, lupa ... ‘ jawab
Raka asal, Hilda terdengar menarik nafasnya berat,
‘Raka .... ayo ... ‘Gia sudah berdiri sambil berkacak
pinggang ke arah Raka,
‘iya bawel, ... ‘sahut Raka sembari melingkarkan tangannya
ke pinggang Gia, mereka lalu berjalan meninggalkan Hilda yang melepas mereka
dengan tatapan penyesalan,
‘Hil, gue terlambat dan udah kalah telak’ kata Deni,
‘loh, kak Den, jangan ngomong gitu dong kak’ sesal Hilda,
‘gue nggak nemuin kebohongan ataupun keraguan di mata Gia
tadi’ jawab Deni, Hilda mengusap lengan Deni menguatkan,
‘Hilda kayaknya ngarep banget elo balikan sama Deni ... ‘kata
Raka sambil melirik Gia yang membisu,
‘oh iya ? udah ah jangan di bahas ... ‘kata Gia sebal, Raka
mengangguk,
‘eh iya, tadi Hilda nanya gitu sama gue soal elo cerita
enggak tentang Deni .... ‘kata Raka yang langsung membuat Gia menoleh, Raka
tersenyum,
‘gue jawab, kayaknya pernah tapi gue lupa gitu .... ‘lanjut
Raka yang langsung membuat Gia bernafas lega,
‘ada black story soal masa SMA gue, alasan yang bikin gue
terdampar ke Jogja, setelah gue ketemu keluarga loe bakal gue ceritain ......
‘lirih Gia, Raka mengangkat alisnya, sebenarnya ia tidak meminta tapi
sepertinya Gia suka keterbukaan,
‘ceileeeh .... lengket bener neng .... !!’ Ilham datang
mengolok mereka sambil menggendong seorang balita,
‘apa-apaan sih ini manusia berisik banget ..... ‘komentar
Gia pedas, Raka hanya menggeleng melihat kegalakan Gia,
‘aunty .... ‘balita manis itu mengangkat tangannya meminta
di gendong Gia,
‘oh Henri ....come on, ‘respon Gia sembari menerima Henri
dari gendongan Ilham,
‘bisa juga loe gendong bocah, ‘bisik Raka yang langsung di
sambut pelototan Gia,
‘gimana tadi ketemu sama bokapnya Gia ?’tanya Ilham sambil
duduk di samping Raka dan Gia,
‘nggak gimana-gimana, semuanya lancar, nggak banyak kok
yang di omongin, soalnya kan orang tua udah pada saling ketemu .... ‘jawab Raka santai, Ilham mengerutkan
keningnya,
‘elo nggak di kepoin ? di galakin ?’tanya Ilham yang di
hadiahi tendangan di tulang keringnya,
‘enggak tuh ... ‘jawab Raka yang sukses membuat Ilham menganga, Hananto
Suherman adalah ayah yang sangat protektif pada semua lawan jenis yang
mendekati Gia, bahkan walau tanpa Gia ketahui Papanya sering memonitori
kegiatan Gia melalui Ilham yang memang sengaja di kirim ke Jogja mengawasi Gia.
Gia mengepak pakaiannya ke dalam
kopernya pelan-pelan,pikirannya kusut banyak hal berputar-putar dalam otaknya,
‘bedanya apa sih Gi rumah loe sama rumah-rumah lain, kok di
sebut rumah besar ?’tanya Ias yang sudah selesai berkemas sejak tadi,
‘elo lihat aja sendiri entar, alasan lain karena Papa anak
pertama kakek dan kalo ada kegiatan keluarga bakal terpusat di rumah gue .... ‘jawab
Gia sambil menghentikan kegiatannya sejenak,
‘oh.....kata Ilham rumah loe deket sama rumahnya...‘kata
Ias lirih, Gia mengangguk,
‘iya rumahnya persis di depan rumah gue, kamar dia juga
hadap-hadapan sama kamar gue, dan kita sering teriak-teriak dari kamar
masing-masing buat ngobrol, ‘jawab Gia, Ias ingin menanyakan sesuatu, namun
urung,
‘tenang aja nanti gue kenalin sama mama Ana, mamanya Ilham,
terus Deta, adeknya Ilham yang cakep buanget ..... ‘Gia mengutarakan idenya,
Ias terlihat kaget mendengarnya,
‘apa sih Gi ....’respon Ias sambil melarikan diri ke dalam
kamar mandi,
Ias memandang rumah besar Gia dengan takjub, tidak ini
tidak di sebut rumah, ini istana, pantas di sebut rumah besar, ukurannya
mungkin setara dengan istana negara atau istana Bogor,
‘are you kidding ? it is pallace ..... ‘kata Ias sembari
mencubit lengan Gia,
‘is just litle than Buckingham .... ‘sahut Gia enteng, Ias
mencekik Gia mendengarnya,
‘Non Gia ?’ Gia menoleh
slow motion mendengar namanya di panggil, pun begitu dengan Ias, Gia tersenyum
manis mendapati Mbak Yem, pembantunya yang sudah tinggal bersamanya dari dia
kecil,
‘apa kabar Mbak ?’ sapa Gia ramah, mata Mbak Yem
berkaca-kaca melihat Gia, kebahagiaan yang tak dapat diungapkannya, melihat
nona kecilnya tumbuh menjadi wanita cantik,
‘Non .... kenapa jarang pulang ? empat tahun kuliah ndak
pernah Mbak Yem denger kabarnya, .... ndak kangen opo sama Mbak ? teganya non
Gia ningggalin Mbak Yem, ‘Mbak Yem mendumel tanpa jeda sembari membukakan pintu
besar rumah, Gia tersenyum sementara Ias berusaha keras menahan tawanya agar
tak pecah,
‘iya ... iya .... maaf Mbak, hehehe kamarku udah di beresin
?’tanya Gia mengalihkan topik pembicaraan, Mbak Yem mengangguk dengan yakin
lalu mengambil alih koper Gia dan Ias dan membawanya menuju lantai atas,
‘pembantumu unik Gi .... bisa gitu ngomong tanpa jeda dan
narik nafas,’Ias menggeleng tak percaya, Gia tersenyum lalu melongo kan
kepalanya ke arah teras samping, nampak Hilda sedang duduk di ayunan, sedang
melamun tepatnya,
‘Gi ... itu Hilda ya ?’tanya Ias lirih, Gia mengangguk
sembari masih fokus mengamati Hilda yang sepertinya sudah melayang ke dunia
lamunannya,
‘nggak mau nyapa dulu Gi ?’tanya Ias, Gia menggeleng, lalu
mengangkat lima jarinya seperti menghitung mundur,
‘lima, empat, tiga, dua, dan satu, Booom ‘gumamnya, dan
benar saja, Hilda di kejutkan dengan kemunculan Ilham yang membuatnya hampir
terlonjak dari ayunan,
‘Kak Ilham ! ya ampun, kalo Hilda tadi jantungan gimana ?’
kesal Hilda, Ilham tersenyum, lalu menunjuk dengan dagunya Gia, Hilda terkejut
melihat kakak tirinya,
‘Kak Gia, maaf kak, nggak denger kakak dateng, Bunda sama
Papa lagi ke,... ‘kata Hilda yang di tanggapi Gia dengan cepat,
‘gue tahu, mereka lagi ke Singapur, Papa medical check
up,’sahut Gia sinis, Ilham melirik Gia pasrah, seolah menyerah dengan sikap
yang di tunjukkan Gia pada Hilda,
‘gue pikir bakal balik besok loe, ‘ kata Ilham mengalihkan
pembicaraan, Gia mengangkat bahunya lalu menunjuk Ias dengan dagunya,
‘kangen tuh Ias sama loe, Deta mana ?’ tanya Gia sambil
melongo ke belakang tubuh Ilham,
‘Apa Gi ? kangen loe
sama gue ? ‘ suara bariton yang khas persis seperti Ilham, Gia memandang sosok
itu seraya tersenyum cerah, itu Deta,
adik kembar identik Ilham,
‘Ilham kok ada dua ?’ Ias dengan polosnya mengatakan yang
dilihatnya, Deta tersenyum lalu merangkul Gia dengan hangat,
‘hai, Ias ya ? kenalin gue Deta, adik kembarnya Ilham, cantik juga ya
elo ... ‘kata Deta yang langsung membuat Ias blushing dan Ilham melotot marah,
Deta langsung mengerling pada Gia,
‘dulu-dulu kemana loe ? giliran sekarang, mau nikah baru
pulang ,,.... ‘ Deta tiba-tiba mengatakan sesuatu yang langsung membuat Gia
cemberut,
‘eh, elo kan tahu, ngapain masih nanya sih ?’ kesal Gia,
Deta menyipitkan matanya,
‘mana kemarin gue nggak di kenalin lagi,’kesal Deta, Ilham
menyumbat kupingnya dengan tangan, perdebatan mereka tidak akan berhenti sampai
mereka lelah sendiri,
‘ya elunya yang kemana ? gue kan kemarin udah kenalin ke
semua kecuali elo, Mbah Kung
aja gue kenalin ke dia ‘ kata Gia sambil meninju lengan Deta kuat-kuat,
‘bokap loe balik jam berapa Gi ?’tanya Ilham, Gia melirik
jam tangannya,
‘seperempat jam lagi, paling bokap landing, yah masih sejam
lagi lah sampai rumah,’jawab Gia, seperti sudah tahu jadwal kegiatan ayahnya,
‘Ilham pengalihan, gue kan lagi bahas calon suaminya Gia,
‘kata Deta galak, Ilham mengangkat bahunya, Deta kembali merangkul Gia,
‘kapan mau elo kenalin nek ?’tanya Deta, Gia terlihat
berpikir sejenak,
‘entar ya, abis acara makan malem gue sama keluarga
besarnya, gue cariin waktu ‘jawab Gia, yang sontak mengundang pelototan tajam
Ias dan Ilham,
‘makan malem sama keluarga besarnya ?’tanya Ias, Gia
mengangguk membenarkan, Ilham menghambur ke arah Gia, lalu mencekiknya,
‘dasar loe ya, udah punya pacar nggak bilang-bilang,
sekarang apa-apa juga nggak cerita ‘maki Ilham heboh, Gia yang lehernya di
guncang-guncang oleh Ilham hanya mampu memasang wajah memelas memohon
pengampunan,
‘eh .... calon istri gue nih, enak aja pada main
cekek-cekek entar kalo mati gue jadi duda sebelum nikah dong .....’ Raka muncul bak pahlawan
menyelamatkan Gia,
‘wuidiiih, jadi ini nih calon loe Gi ? mirip banget sama
dream husband kriteria loe’kata Deta
sembari mengawasi Raka,
‘diem loe .... ‘ancam Gia, Raka memicing pada Gia yang
mengkodenya agar jangan aneh-aneh,
‘dream husband ? ‘ulang Raka, Deta dan Ilham mengangguk
kompak,
‘iya,....
tinggi, checklist, turunan bule, checklist, putih, checklist, smart, checklist,
emmh apa lagi ya ...’ jawab Deta sembari memberi tanda checklist imajiner di
udara, Gia menutup telinganya sembari memandang Raka memelas,
‘cool, checklist, putih checklist, CEO muda,
checklist’tambah Ilham sembari mengikuti gerakan Deta,
‘Muslim yang baik, dan bisa bikin Gia nurut’ tambah Ias, Raka
menganga mendengarnya,
‘duh elo beruntung banget ya, semua itu ada di gue’ bisik
Raka, Gia memandang ketiga sahabat baiknya kesal, lalu melirik Raka tak terima,
‘apa loe, malu gue tahu’ sentak Gia, Raka mengacak rambut
Gia yang merengut kesal.
Jam menunjukkan pukul empat sore, Gia masih bergelung di
kasur besar kamarnya sembari membolak-balik novel Harry Potter kegemarannya,
yang entah sudah berapa ratus kali ia baca,
‘Gi, ada yang nyari elo di bawah ‘kata Ias sembari duduk di
ujung ranjang Gia,
‘who ?’tanya Gia sembari tetap fokus pada bukunya,
‘Raka .... ‘’jawab Ias santai, Dubraak .... !! Gia
terpelanting ke bawah ranjang karenanya, ia lupa, ada janji dengan Raka, matilah Gia sekarang,
‘Rakaaaa .... gue lupa maaaaf ‘Gia berlari menuruni tangga
menuju Raka yang hanya mengangkat satu alisnya tanda hafal dengan tabiat pelupa
Gia,
‘jadi daripada elo heboh turun tangga, mending elo mandi,
terus dandan deh ‘sahut Raka, Gia berdiri bimbang di tangga paling bawah,
‘dreesnya lupa belum di ambil ‘jawab Gia lirih namun masih
terdengar oleh Raka,
‘dasar pelupa, tuh udah gue bawain ‘jawab Raka sembari
menunjuk tas berisi dress yang di pesan Gia beberapa hari lalu dari butik mbak
Feri,
‘thank’s you save me, you are my hero ‘pekik Gia, sembari
meraih tasnya, Raka menggeleng tak percaya, melihat kelakuan aneh Gia,
‘udah buruan sana, elo kan kalo mandi lama pasti ‘kata Raka
sambil mebalikkan badan Gia menuju lantai atas,
‘dasar sok tahu .... okey bubay gua capcus mandi ‘sahut Gia
sambil melesat meninggalkan Raka,
‘elo kok bisa lupa sih, dua hari lalu kan elo ngingetin gua
tentang tuh acara, sampai nelpon-nelponin sekretaris gue mastiin jadwal gue
kosong juga ‘kata
Raka begitu Gia sudah siap di lantai dasar,
‘namanya juga lupa ...... ya abis elonya kagak ngingetin
balik ‘kata Gia sembari memakai high heelsnya,
‘loh ada nak Raka ..... ‘kata Hananto Suherman yang
terlihat santai dengan pakaian rumahnya,
‘iya nih om, jemput si princess yang lupa jadwal ...’ jawab
Raka, Gia mencubit lengan Raka kesal,
‘yah gitu deh si princess Ka, ngomong-ngomong mau kemana
nih ? setelannya rapi bener?’tanya Hananto dengan satu alis terangkat,
‘keluarga saya ada acara makan malam bersama Om, jadi
mereka mau ketemu Gia ,’kata Raka,
‘Gi, jaga sikap ya, jangan malu-maluin’ Gia mendengus
mendengar pesan ayahnya,
Gia menatap pintu masuk lobby hotel Marriot ragu, ini
kegilaan yang belum pernah di mimpikan atau pun imajinasikannya selama ini,
‘kenapa loe ?’tanya Raka usai memarkirkan mobilnya,
‘keluarga loe entar curiga enggak nih, ? entar kalo gue di
tanyain ini itu tentang elo terus gue nggak ngerti gimana dong’
‘nggak banyak keluarga gue yang tahu karakter gue gimana,
karena gue nggak banyak bicara sama mereka’ Gia melongo mendengarnya, Raka
nggak banyak bicara adalah hal baru bagi Gia, karena selama ini saat bersamanya
Raka adalah pribadi yang benar-benar cerewet menurut Gia,
‘Pa .... ‘Raka memanggil Papanya yang
sepertinya juga baru datang,
‘Raka, Gia, kalian juga baru dateng
rupanya,’ sambut Wirya hangat, Gia dan Raka bergiliran mencium tangan Wirya,
‘iya nih Pa, Gia lupa tadi aja mesti
di ingetin’ jawab Raka,
‘ya abisnya, kemarin Raka nggak
ngingetin’ balas Gia yang tak terima di salahkan,
‘ya udah, masuk yuk, mama pasti udah
kayak jerapah nih sekarang ngelongak longok nyariin kita’ saran Wiryadi
diplomatis,
Gia menjajari jalan Raka yang
berwibawa, mereka nampak sangat serasi, Gia dengan gaun peach yang membuatnya
terlihat anggun dan natural serta Raka dengan kemeja nya yang nampak semi
formal,
‘kalian darimana sih ? lama banget’
sambutan Adeline membuat ketiganya memasang senyum permintaan maaf,
‘semuanya, perhatian, kenalin ini Gia,
calon istrinya Raka’ suara Adeline mengundang perhatian lusinan orang itu,
pujian cantik dan lainnya mendengung seantero ruangan restoran yang di booking
untuk acara mereka itu,
‘Gi, gue kenalin sama oma gue yuk,’ ajak
Raka sembari menggandeng Gia,
‘Assallamuallaikum, Oma’ sapa Gia
sembari mencium tangan wanita renta itu,
‘Waallaikumsallam, aduh ayune nduk
‘puji Oma,
‘Oma, jangan di puji gitu, kepalanya
gede entar’ sahut Raka, Gia memelototi Raka karenanya,
‘udah pergi sana, Oma mau ngobrol sama
dia dulu,’ usir Oma, Raka mengkode Gia, menyemangatinya semoga bisa melewati
Omanya,
‘sudah lama kenal Raka ?’tanya Oma,
Gia tersenyum,
‘lumayan Oma,’ jawabnya,
‘Oma pikir, dulu kenapa kok Raka rajin
banget ke Jogja, kirain beneran bisnis ternyata ada kamu toh di sana,
beruntungnya Raka karena ada anak gadis yang bisa ngertiin dia’ kata Oma, Gia
tersenyum, dia kan tahu, Raka di sana, memang karena urusan bisnis,
‘Gia yang beruntung Oma, orang Raka
bisa ngertiin Gia yang slengekan kayak gini’jawab Gia, Oma tertawa,
‘kamu tahu nduk, Raka itu bukan
pribadi yang mudah di pahami, buat kami keluarganya bahkan mamanya saja sulit
memahami Raka, menurutmu Raka itu gimana ?’tanya Oma lagi,
‘Raka itu, over perfect oma, emh, apa
ya, tanggung jawab, terus loyal tapi cerewet ‘jawab Gia, Oma tertawa
mendengarnya,
‘Raka cerewet ? oma kok baru tahu’
‘beneran oma, Raka itu cerewet banget
ke Gia, sampai kadang pengen Gia sumpel atau lakban itu mulut, dan Raka itu
kejem juga kadang’ jawab Gia, Oma kembali mengulas senyumnya, gurat-gurat
kecantikan di masa mudanya masih terlihat jelas, disana,
‘sejauh ini, cuman kamu yang bisa
mendeskripsikan Raka sekejam itu, semua orang yang Oma tanya selalu cuman
nyebutin sisi baik Raka,’
‘walah Oma, Gia kan cuman menyampaikan
yang Gia tahu aja hehehe’ sahut Gia, Oma tersenyum lalu melambaikan tangan ke
arah seseorang,
‘Iya Oma, wah ini Mbak Gia ya Oma
?’tanya gadis itu, Gia mendadak kebingungan mendengar ada yang mengenalinya
namun ia tidak mengenali orang itu,
‘dia adiknya Raka, sudah sejak kecil
dikirim sekolah ke Asrama’kata Oma, Gia tahu Raka punya adik tapi memang belum
pernah bertemu,
‘Dinda ya ?’tebak Gia, gadis bernama
Dinda itu mengangguk, binar matanya menunjukkan betapa bahagianya dia bertemu
Gia,
‘wah .... cantikkan aslinya dari yang
di foto ‘kata Dinda semangat, Gia tersenyum menanggapinya,
‘Dinda juga cantik kok’ puji balik
Gia, Dinda menghambur menggandeng Gia,
‘Oma, Mbak Gia sama Dinda dulu ya,
...’ pamit Dinda sembari menggamit Gia mengelilingi ruang acara,
‘ini sebenernya acara apa Din ?
katanya makan malam biasa kok sampai kayak gini’tanya Gia yang sudah gatal
ingin bertanya,
‘Mbak Gia nggak tahu ? ini itu bukan acara makan malam biasa Mbak,
ini itu perkenalan resmi Mbak Gia ke semua keluarga Wiryadi .... semacam
seleksi mbak Gia cocok nggak sama Mas Raka’ cerita Dinda, Gia mengedarkan
pandangan matanya mencari Raka,
‘Raka kok nggak cerita sih, dasar,’
dumel Gia,
‘Din, loe cerita apaan ?’Raka muncul
mendadak di samping Gia,
‘darimana loe ? cewek lu udah dapet
bintang lima nih dari Oma’ kata Dinda, Raka menoleh pada Gia dengan mata
membulat,
‘pertemuan pertama dan elo langsung di
acc, gila .... gue nggak tahu kalo standar keluarga gue freaks gini ....’ kata
Raka, Gia menaikkan satu alisnya pada Raka,
‘iya dong, Gia ... ‘ Gia menyombongkan
diri menggoda Raka,
‘apa sih loe ah ... sok bener’ balas
Raka seraya mengacak poni Gia,
‘eeh ... kebiasaan banget sih ehh ....
awas ya’ kesal Gia sembari memberi tatapan membunuh pada Raka,
‘Mas Raka, kasihanilah adikmu ini,
jangan pamer kemesraan disini dong, Dinda masih under twenty nih,’ protes
Dinda, Raka dan Gia saling pandang, mereka kan tidak sedang bermesraan, anehnya
setiap orang yang melihat adu mulut kecil mereka selalu menganggap mereka lucu
dan mesra.
‘Raka ... Gia ...’ tawa Raka, Gia dan
Dinda sontak terhenti saat Adeline datang dengan kotak cincin di tangannya,
‘Gia, sayang, ini cincin keluarga
kami, tanda kalau kamu udah di terima di sini, di pakai ya sayang’ katanya yang
hanya mampu membuat Gia melongo tak percaya.
// RASA SAKIT YANG DATANGNYA DARI MASA LALU//
Gia memandangi Ias yang nampak sangat
kesal dengan satu alis terangkat,
‘Ias sayang elo kenapa ?’tanya Gia,
Ias melirik Gia sejenak lalu,
‘Ndak papa ... ‘ kalimat yang selalu
di katakan Ias bila ia sedang uring-uringan pada Ilham,
‘ini manusia Ilham kemana Ias ?’tanya
Gia sengaja,
‘tahu, tadi sih katanya mau nganterin
adikmu tuh .... nggak tahu kemana’ Gia
mengerutkan keningnya menanggapi jawaban sinis Ias,
‘apa mereka lagi nostalgia ya ?’lirih
Gia yang di sengaja agar terdengar Ias,
‘nostalgia gimana maksudmu ?’ tanya
Ias yang mulai kepo,
‘gue nggak bahas ini ke elo karena
takutnya nyakitin Ilham, tapi Hilda itu, first love Ilham’ jawab Gia sembari
mencomot bakwan yang terhidang di depannya,
‘adik mu itu ?’ulang Ias, Gia
mengangguk,
‘Hilda waktu SMA itu, High School
Star, pinter, cantik, emh baik juga, nggak heran banyak yang suka dan salah
satunya ya, sahabat kita itu,’
‘terus Hildanya juga suka Gi ?’
‘nggak tahu, mereka sempet sih deket,
hampir-hampir jadian malah, tapi karena sesuatu hal yang melibatkan gue dan
udah keburu Ilham nya ngikut gue ke Jogja, kayaknya mereka nggak jadi, ‘
‘berarti mereka kemungkinan bisa deket
lagi ya karena Ilham bakal kerja di perusahaan bokapnya ?’
‘bisa jadi tuh, .... kenapa loe muka
mendadak demek gitu ? cemburu ? elu sih suruh ngaku elo suka aja ribet banget
dari dulu, kalo urusannya begini kan udah nggak bisa ikut campur gue’ oceh Gia,
Ias tersenyum segaris menanggapinya,
‘siapa suka sama siapa Gi ?’tanya Deta
sembari merangkul bahu Gia,
‘elo tahu siapa pake nanya lagi .... ‘
Deta memamerkan deretan gigi putihnya pada Gia, lalu menoleh pada Ias yang
terpekur dengan pikirannya sendiri,
‘kenapa cewek secantik elo harus naksirnya
ke Ilham,, kalo ke gue kan gue bakal langsung peka’ canda Deta, Ias tersenyum
segaris mendengarnya,
‘permisi Non, ada den Raka di luar’
Mbok Yem menginterupsi perbincangan santai mereka,
‘heuh ? Raka, tumben kesini nggak
bilang-bilang’ sahut Gia sembari berdiri dari duduknya,
‘bentar ya, Rahwana nyari gue’ canda
Gia, Deta dan Ias kompakan menggeleng, nampak Raka duduk di sofa ruang tamu
dengan gusar,
‘ada apa ?’ tanya Gia, Raka berdiri
lantas menarik Gia dalam pelukannya, membuat kepala Gia mendadak di penuhi
pertanyaan,
‘ada apa ?’ulang Gia sembari
menepuk-nepuk bahu Raka mencoba menenangkan Raka yang nampak kalut di
pelukannya,
‘banyak hal terjadi hari ini, dan gue
nggak tahu harus mulai cerita darimana Gi,’bisik Raka, Gia merasakan kerapuhan
Raka kali ini,
‘ikut gue ke atas, kita ke ruang baca
gue’ sahut Gia sembari membimbing Raka yang bagai sudah tak berjiwa,
‘sekarang loe bisa cerita disini,
nggak akan ada yang bisa bikin loe nggak nyaman di sini,’ kata Gia, Raka
melonggarkan lilitan dasinya yang sepertinya sudah seperti mencekiknya itu,
‘gue punya seseorang dari masalalu
yang ngasih gue luka dalem banget Gi’ Gia yang mulanya bersandar santai merubah
posisi duduknya menjadi tegap,
‘waktu usia gue dua puluh tahun, gue
lazimnya anak muda usia itu, gue punya pacar, namanya Aila, hubungan gue sama
dia udah lumayan lama gue jalanin, sekitar empat tahunan sampai saat itu,’ Raka
mulai bercerita, Gia nampak serius mendengarkannya,
‘lalu serangan jantung itu, bikin papa
gue tumbang dan harus istirahat total dan bikin gue harus ambil alih perusahaan
papa yang kacau karena sakitnya papa’ Gia mengangguk-angguk tanpa suara
mendengarnya,
‘hubungan gue sama dia masih baik-baik
aja, walaupun gue harus lebih sering di Singapur karena bisnis papa emang
basisnya di sana dan jujur kondisi keuangan gue waktu itu emang terpuruk....
lalu pelan gue ngerasa Aila mulai berubah, mulai susah di hubungin, mulai
banyak alesan tiap di ajak ketemu, .... sampai pada titik ini, gue masih
positif thinking, .... sampai berlalu setahun, saat itu karena Papa udah
ngepercayaain perusahaan ke gue, terlintas di otak gue buat nikah sama Aila,
waktu itu umur gue baru dua puluh satu, .... ‘ Gia memandangi mimik wajah sedih
Raka dengan prihatin, calon suami diktatornya ini menyimpan banyak cerita,
‘tiga tahun lalu tepatnya hari ini,
gue persiapin segalanya, acara lamaran yang sempurna di mata setiap gadis ....
‘ Gia menerawang membayangkan hal-hal romantis yang disiapkan Raka,
‘waktu gue ke apartemennya, gue nggak
sengaja liat mobil om gue .... karena gue tahu om gue itu emang bukan pria
baik-baik, gue pikir selingkuhannya juga disitu, dan loe tahu, Aila selingkuhan
om gue itu’ Gia membekap mulutnya sendiri karena shock,
‘dia bilang, uang gue nggak sebanyak
om gue dan dia cuman butuh uang nggak butuh cinta .... terus hubungan gue sama
dia berakhir tanpa ada kata putus’ Raka terdiam sejenak menenangkan hatinya
yang bergemuruh sakit,
‘terus dia pasti muncul lagi dan
ngungkit-ngungkit hubungan kalian yang nggak pernah ada kata putus’ sahut Gia,
Raka menatap Gia seolah bertanya darimana Gia tahu,
‘keliatan jelas dari raut kusut loe
itu .... ‘sahut Gia lagi, Raka mengangguk paham, lalu menyandarkan dirinya ke
bahu Gia,
‘gue harus gimana ?’ lirih Raka, Gia
terdiam sejenak, berpikir keras,
‘emh .... ya, elo kalo mau balik sama
dia gue nggak papa sih, palingan entar cewek itu yang bakal kesulitan masuk
keluarga elo’ jawab Gia, Raka memeluk Gia dari samping posesif,
‘kenapa di saat elo udah masuk jauh ke
keluarga gue, saat semua orang udah tahu elo calon istri gue, ... dan kenapa
dia harus dateng saat gue udah terbiasa ada elo dan gue nyaman... ‘ pernyataan
Raka bagian akhir mendadak menggetarkan sesuatu di dasar hati Gia yang sudah
tertidur sangat lama,
‘semua keputusan ada di tangan elo,
gue ikut aja sama mau loe karena dari awal elo yang mulai ini semua, akhirnya
gimana, elo yang tentuin’ Raka semakin menenggelamkan kepalanya di bahu Gia
mendengar perkataan Gia yang begitu saja menyerahkan keputusan padanya,
‘Gi, elo mau janji sesuatu ke gue
?’tanya Raka, Gia menoleh ke arah Raka,
‘asal nggak nyusahin gue ... ‘jawab
Gia enteng,
‘elo mau nggak janji bakal selalu ada
apapun kondisi gue’pinta Raka, Gia mengangkat satu alisnya,
‘kalo gue jadi istri loe, gue nggak
akan sekejam itu jadi cewek, ninggalin cowok karena harta ....’ jawab Gia, Raka
menghela nafasnya lega,
‘bener ya ?’ulang Raka, Gia memukul
lengan kokoh Raka yang sering di pakai olahraga itu keras,
‘melow banget sih, Raka calon gue itu
diktator, ibarat kata Rahwana modern nggak melow begini ...’ kata Gia
menetralkan suasana yang beberapa saat lalu suram,
‘sejak kapan ada Rahwana seganteng ini
?’sahut Raka tak terima, Gia menjulurkan lidahnya pada Raka menggoda,
‘sejak elo Rahwana nya’ jawab Gia,
Raka sedikit memicingkan matanya mengancam Gia,
‘udah, ayo keluar yuk, makan Ka, gue
laper ... Mbak Yem udah masak buanyak makanan favorit gue’ Gia menarik-narik
Raka agar berdiri, dengan malas Raka membuntuti Gia yang menggeretnya keluar
ruangan baca itu, begitu ruang baca terbuka,
BRUUK ....
Ias dan Deta yang sepertinya menguping
terjatuh bersamaan,
‘kalian nguping ya ?’cecar Gia, Ias
menyembunyikan diri di balik Deta,
‘Deta yang ngajakin Gi, takutnya elo
aneh-aneh sama Raka’ sahut Ias, Deta nyengir pada Gia dan Raka,
‘orang nggak kedengeran apa-apa, ruang
baca loe kan kedap udara ya Gi,’ sahut Deta, Gia terkekeh mendengarnya.
Gia memandangi interior cafe
favoritnya saat SMA dengan tatapan rindu, empat tahun lalu, ia sering datang ke
sini, bersama Ilham, Deta, Deni dan Hilda sebelum hubungan mereka menjadi kacau
seperti sekarang,
‘cafe nya masih sama kok, cuman para
pengunjungnya aja yang berubah’ suara Deni membuat Gia sedikit terhenyak di
kursinya,
‘setiap orang itu akan berubah jadi
lebih dewasa’ jawab Gia tanpa memandang Deni lagi,
‘berubah jadi dewasa sih baik, tapi
gimana kalo dia berubah menjadi orang yang benar-benar beda, bukan dia yang gue
kenal dulu’
‘mungkin sesuatu mengharuskan dia
berubah kalau nggak mau terus menerus keinget luka’
‘Gi, ada banyak yang harus kita lurusin
‘ ucap Deni yang masih setia berdiri di samping meja Gia,
‘ngomongin apa ? masa lalu ? nostalgia
maksud loe ? sorry ya Den, gue udah lama ninggalin masa lalu kita, jadi nggak
ada gunanya elo ngungkit semua itu’
‘apa nggak ada rasa buat gue yang
tersisa Gi ? kemana perasaan loe yang begitu besar buat gue dulu Gi ?’ cecar
Deni, Gia menghela nafasnya,
‘kemana ya kira-kira ? oh, persaaan
itu elo hancurin di hari kelulusan kita’ jawab Gia sambil berdiri meninggalkan
Deni yang mamatung di tempatnya berdiri,
Gia menekan tombol angka lantai 12 di
gedung itu, dengan pikiran kosong,
‘Ka, gue di depan kantor loe, iya gue
lagi nggak baik-baik aja,’ kata Gia di ujung telepon pada Raka,
‘elo kenapa ?’ pertanyaan khawatir
Raka menyambut Gia begitu sampai di lantai 12, lantai teratas gedung itu,
ruangan khusus Direksi,
‘gue bisa nggak duduk dulu ... ‘
protes Gia yang meskipun nampak sedih masih sanggup memarahi Raka,
‘ya udah masuk sana .... ‘ perintah
Raka, Gia melirik semua sekretaris cantik Raka yang memandangnya kaget,
‘Satu jam kedepan saya ada urusan
pribadi’ kata Raka pada para sekertarisnya yang langsung mengangguk patuh,
‘sekretaris mu banyak banget Ka,’ komentar
Gia sembari melirik Raka,
‘banyak kan, cantik-cantik juga’ sahut
Raka iseng, Gia menatap Raka mengancam,
‘perusahaan yang bos nya genit itu,
nggak akan bertahan lama tahu’ sahut Gia sewot, Raka terkekeh mendengar nada
kesal Gia,
‘duh senengnya denger elo kesel karena
cewek lain’ goda Raka, Gia meraih bantal sofa ruangan Raka, lalu memukuli Raka
agresif,
‘dasar lu, ehhh, gue aduin Mama
Adeline loe biar semua sekretaris loe di pecatin di ganti sekretaris tua-tua
sekalian’ amuk Gia kesal, Raka mendudukan diri di depan Gia lalu menatapnya
lurus,
‘ada apa sih ?’tanya Raka yang sudah
hafal betul dari nada suara Gia, kalau wanita ini sedang kesal,
‘Deni nemuin gue lagi ... ‘sahut Gia
blak-blakan, Raka mengangguk mulai paham sumber kekesalan calon istrinya itu,
‘katanya whatever he do, baru di
temuin aja, galau, ... ‘ canda Raka sembari mengelus rambut Gia, yang di sambut
pelototan kesal Gia tak terima,
‘ehh ... elo pikir enak apa rasanya
kalau masa lalu di ungkit ?’ bentak Gia yang justru membuat Raka tertawa tapi
membuat para sekretarisnya di luar ngeri,
‘oh iya, Gi, hari ini undangan kita di sebar loh ... ‘
Raka mengalihkan topik dengan cepat, bisa bahaya kalau marah Gia terus menerus
di biarkan,
‘undangan apa ?’tanya Gia yang sibuk
mengobservasi ruang kerja Raka,
‘undangan pernikahan ... ‘jawab Raka
yang sudah kembali duduk di mejanya dan berpura-pura fokus pada lembaran kertas
tak jelas,
‘What ? ini tanggal berapa emang
?’tanya Gia shock,
‘tanggal lima belas sayangku ... ‘goda
Raka lagi, Gia kembali meraih bantal kursi yang di dudukinya reflek lalu
melemparnya ke arah Raka,
‘ehhh ,,, elo ngerjain gue .... itu
undangan kan bakal di sebar tiga minggu lagi, orang kita nikahnya masih dua
bulan lagi ‘ sahut Gia sengit, Raka tertawa mendengar dumelan seorang Gia,
MENYAPA BAHAGIA
// THE BEGINNING OF
THIS DRAMA //
Mading penuh sesak dengan para MaBa, mereka sedang
membaca pengumuman entah apa dari senat,
‘Duh .... bisa nggak sih anak-anak senat, nggak bikin
kampus gaduh, nggak tahu apa ya kalo para mahasiswa semester tujuh lagi pada
puyeng mikirin skripsi ....’ dumel seorang gadis yang sedang berkutat dengan
laptopnya,
‘ngaca non .... dulu juga sering bikin kampus gaduh sama
tugas-tugas absurd .... ke anak-anak MaBa ...’ timpal temannya yang juga
berkutat dengan laptopnya, gadis itu mengusap wajahnya frustasi,
‘gue kena karma ,,,,, ‘ keluh gadis itu frustasi,
Gadis itu, Gia, seorang mahasisiwi cantik dari Jakarta yang
lahir di Yogyakarta dan kembali untuk menuntut ilmu di Kota Pelajar,
Yogyakarta, dia sudah hampir empat tahun tinggal di kota ini, di balik sosoknya
yang terlihat tegas dan kuat seorang Gia, menyimpan kisah masa lalu yang kelam
yang membelenggunya, memenjarakan Gia di Jogja tanpa pernah berniat untuk menyambangi
lagi Jakarta.
‘Giaaaaaaa ..... ‘ suara bariton khas laki-laki menggema di
lorong kampus itu, semua orang menoleh ke pemilik suara itu, Ilham seorang
mahasiswa bisnis sahabat Gia yang rela pindah kampus demi menemani sahabat
baiknya kuliah di kota ini, terlihat begitu murka di ujung lorong,
‘aduh ... ini masalah gue kapan abisnya sih .... bab akhir
revisi, masalah sama Ilham, ah finish hidup gue mak .... ‘ratap Gia sembari
mengguncang lengan salah satu sahabatnya yang lain, Iasyah,
‘siapa suruh tho .... kamu macem-macem sama Ilham ....
lagian aneh-aneh wae .... yo kapok ... ‘kata Ias kalem, Gia mendumel lirih tak
terdengar,
‘dasar cabe-cabean abal-abal, calon tante-tante girang
..... ngapain elo pake bilang sama mama gue kalo gue di sini nggak tinggal sama
Pakdhe, ah bisa di gantung gue ... ‘ heboh Ilham sembari mengguncang-guncangkan
bahu Gia, gadis itu memanyunkan mulutnya,
‘kok elo nyalahin gue .... ya abis tante Ana nanya mulu,
sebel gue di tanyain mulu’ kata Gia blak-blakan, Ilham menangkupkan kedua
tangannya tepat di mukanya sendiri,
‘kan elo bisa aja bilang nggak tahu ....’ kilah Ilham, Ias
memelototi Ilham karenanya,
‘ih dosa lho bohong sama Ibu tuh ... ‘kata Ias galak, Gia
terkikik mendengarnya,
‘denger noh .... ustadzah bilang dosa tuh dengerin
...’ bela Gia, Ilham memelototi Gia
lagi,
‘jangan ngeles deh loe, heran gue seneng amat sih ngerjain
gue, ... ‘ gerutu Ilham panjang pendek, Gia merapalkan bibirnya menirukan
Ilham,
‘Gia, elo dengerin gue dong !!’ kesal Ilham, Gia memeletkan
lidahnya dengan cuek,
PLETAK !! BUG !
Ilham menggetok jidat Gia dengan keras, ‘Ilhaaaamm ...’
pekik Gia kesal, sementara Ilham terbahak mendengar jeritan frustasi Gia, Ias
membekap mulut Gia dengan tangannya karena sekarang semua mahasiswa baru tengah
menatapnya,
‘Mbak Gia, kenapa ?’ seorang mahasiswa senat menghampiri Gia
dengan panik,
‘eh endak papa kok Dek ... maaf ganggu ‘ kata Gia malu,
lalu semua orang kembali sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Gia mulai kesal dengan dosen
pembimbingnya, hampir satu jam dia duduk di depan ruangan pembibingnya itu,
sayangnya, bahkan hawa nya pun tak terlihat dari sang dosen,
‘Siang pak .... iya pak saya sudah di depan ruangan bapak,
bapak nggak bisa hadir ?, saya nemuin asisten bapak ? dimana ? baik pak saya
kesana ... ‘ Gia hampir mengumpatkan sumpah serapahnya, bisa-bisa nya dosen
pembimbing yang sudah di tunggu hampir satu jam dengan gampang mencancel agenda
pertemuan mereka yang sudah terjadwal bahkan sejak satu bulan lalu, dan
melimpahkan semua tanggung jawabnya pada asistennya,
Gia memandangi cafe bertema garden ini dengan takjub, ‘ini
cafe baru apa ya ? kok kayaknya baru pertama tahu tempat ini ... ‘gumamnya,
‘selamat siang Kak .... sudah reservasi ?’tanya
Waitressnya, Gia menggeleng ragu,
‘Maaf .... saya belum reservasi soalnya tadi cuman di suruh
kesini ‘jawab Gia polos, si Waitress tersenyum,
‘Mbak Gia ya ?’ tanyanya, Gia mengangguk lalu si pelayan
membawa Gia ke sebuah Meja di ujung ruangan, seorang pemuda dengan tampilan,
yang bisa di bilang layaknya eksekutif muda duduk dengan anggun eh kok anggun,
gagah maksudnya, di sana,
‘Mahasiswinya dosen Fahrul ?’ tanya pemuda itu, Gia reflek
mengangguk, pemuda itu mengulurkan telapak tangannya, meminta sesuatu,
‘ini skripsi saya .... minggu lalu saya revisi bab akhir ...
‘kata Gia, laki-laki itu mengangguk lalu mulai membaca skripsi cukup tebal
milik Gia,
Mereka berdua terhanyut dalam kesibukan masing-masing, Gia
dengan lamunan masa depannya yang absurd dan laki-laki itu sibuk dengan skripsi
Gia,
‘Raka .... elo kok tega
sama gue ?? ‘ tiba-tiba sebuah suara menghancurkan kedamaian kedua orang
tersebut seorang gadis dengan pakaian mencolok yang aneh melotot marah pada laki-laki
itu,
‘apaan sih ? ‘
bentak balik laki-laki itu terkontrol, Gia melongo di tempatnya, gagal paham
dengan situasinya,
‘elo sama siapa ? elo selingkuh sama siapa ? tante-tante
mana ?’ pekik nya galak, Gia meringis ngeri, Laki – laki itu memindahkan dirinya
ke samping Gia, melindungi Gia kalau-kalau Gia di serang, mungkin,
‘elo jahat .... elo kejam .... tega-teganya, ‘ makinya,
‘elo apa-apaan huh ? gue udah bilang gue udah punya calon
istri ... ‘balas laki-laki itu galak, wanita menor itu mendelik,
‘gue bakal aduin sama om Wirya, tapi sebelum itu, mana
calon istri loe mana ? jangan bilang dia ‘pekik wanita itu, laki-laki itu
meraih tangan Gia,
‘bantuin gue bentaran ... please ... bakal gue pastiin
skripsi loe di-acc pak Fahrul dan loe bisa langsung sidang’ bisiknya, Gia
mengangguk patuh, demi skripsinya,
‘dia calon gue kenapa ?’ wanita itu menjatuhkan dirinya ke
salah satu sofa, setelah menoleh ke arah Gia,
‘Raka ... ‘suara wanita lain sukses mengejutkan Raka dan
Gia, muncul seorang wanita paruh baya, asli impor luar negeri alias bule, Raka
membulatkan mata nya sempurna,
‘Mama ... ‘lirihnya yang masih masuk radar dengar Gia,
Gia menelisik ruang tamu rumah besar Raka, gara-gara
pengakuan Raka beberapa jam lalu, wanita Bule yang ternyata ibunya Raka
itu, membawa Gia ke rumah besar Joglo
ini,
‘nama lengkap gue Jackson Raka Wirya, elo tahu kan mesti
manggil gue siapa .... ‘bisik Raka,
‘Bahagia Prameswari .... panggil aja Gia ‘ balas Gia, Raka
mengrenyit, lucu mungkin mendengar nama Gia,
‘sorry deh ... soal ini ... elo tenang aja, setelah
beberapa minggu nanti gue bakal bilang kalau kita udah putus .... ‘bisik Raka,
Gia tersenyum laki-laki yang sejujurnya tampan ini sudah menepati janjinya
untuk membuat skripsi Gia di Acc dosennya, jadi Gia hanya akan menurut saja,
‘Raka ... stay away ... sorry honey’ wanita bule itu
mengusir Raka jauh dari Gia,
‘mama ngapain sih .... ‘gerutu Raka tak terima,
‘nama kamu siapa cantik ?’ tanya Mama Raka lembut,
‘Gia .... budhe ..’balas Gia ragu-ragu, sedikit takut juga,
takut salah bicara,
‘pinter manggilnya budhe .... Mas Wir ...’ wanita itu
memekik nyaring membuat Gia dan Raka kompak menutup telinganya, laki-laki yang
kemungkinan besar adalah Ayah Raka muncul dengan pakaian safari santai,
‘aduh Ma .... kamu mau jodohin Raka sama siapa lagi ? nggak
capek ma ? kasian Raka ma ...’ cerocosnya, Gia ngeri sendiri mendengarnya
‘Pa ... papa ... sabar Pa ... Raka bilang ini calon istri Raka pa
... ‘balas Mama Raka lembut,
‘walah dalah Ayune eram ... ‘komentar laki-laki itu,
‘matur suwun pakdhe ... ‘balas Gia sopan, Mama Adeline
mengerling pada suaminya Wiryadi Prawira penuh kepuasan,
‘anak mana kamu ndhuk ?’ tanya Papa Wirya berwibawa,
‘saya lahir di
sini, sekolah
dulu di Jakarta, Pakdhe, terus balik lagi kesini buat kuliah sambil kerja ....
‘jawab Gia sopan, tanpa di sadari oleh Gia dan Raka, sepasang suami istri itu
terlihat saling mengerling satu sama lain.
// DILAMAR ??//
Gia kembali merebahkan dirinya ke kasur, ‘mentang – mentang
besok, udah sidang aja, kerjaanmu sekarang tidur terus .... ‘ gerutu Ias,
‘ya mau gimana lagi nasib lho ini, ‘kata Gia sambil nyengir
polos, Ias memelototinya kesal,
‘eh ngomong-ngomong Ilham kemana yo ?’ tanya Ias, Gia
menyenggol-nyenggol lengan Ias aktif,
‘cie ... cie .... kangen cie kangen nih ye ..’ goda Gia,
Ias memberengut, mencoba menutupi wajahnya yang memerah,
‘huu .... enak aja .... enggak kok ... kamu ngomong apa toh
Gi .... eh Raka itu gimana kabarnya??’ tanya Ias mengalihkan pembicaraan, Gia
menautkan alisnya,
‘tahu .... lagian ya terserah dia lah penting skripsi
sontoloyo gue udah di-acc pak Fahrul, ... ‘sahut Gia santai, Ias memonyongkan
bibirnya kesal,
‘kok Raka mau sih Gi bikin skripsimu di acc ?’ tanya Ias,
Gia terdiam mendengarnya, sampai hari ini pun, Gia masih menyimpan rapat-rapat
bantuan semacam apa yang dia berikan pada Raka,
TOK .... TOK .....
Ketukan di pintu kamar Ias menyelamatkan Gia dari menjawab
pertanyaan Ias,
‘iya sebentar ..... ‘ Ias beranjak membuka pintunya, nampak
pembantunya berdiri di depan pintu,
‘Mbak
Ias ..... ada Mas Ilham di bawah, ‘katanya, mendengar nama Ilham, Gia melesat
dari kamar Ias menuju ruang tamu, menemukan Ilham yang nampak frustasi sekali,
‘Ham .... abis dari
mana loe muka loe kok kayak kemeja nggak di setrika lecek banget ... ‘kata Gia
sambil duduk di samping Ilham,
‘Gi .... elo mesti pulang ke Jakarta ... setelah wisuda ....
dua minggu lagi..... kalo elo sampai nggak pulang gue mesti nyusul adek gue ngurusin
bisnis bokap di Belanda
‘katanya, Gia menatap Ilham kaget,
‘kenapa gue mesti balik ... ?’ tanya Gia shock,Ilham
menghela nafasnya,
‘Om Wira mau married sableng ..... pulang loe, masak iya
elo nggak mau pulang Om kesayangan loe married ... ‘kata Ilham setengah
dongkol, Gia menggaruk tengkuknya yang tak gatal,
‘iya deh gue pulang ..... ‘kata Gia akhirnya,
‘sekalian itu ... calon loe ajakin ... kenalin ke gue sama
Ias .... iya kalik mama gue lebih tahu duluan padahal yang sahabat elo kan
gue, ‘kata Ilham, Gia kembali
melirik Ilham,
‘calon gue ? calon apa ?’ tanyanya,
‘Jackson Raka Wirya, calon suami loe buluk ... orang tuanya
udah ketemu bokap loe kemarin ... ‘kata Ilham, Gia mencekal lengan Ilham erat,
‘elo bercanda sama gue kan nyung ?’ tanya Gia, Ilham
menggeleng,Gia melorot dari kursi karenanya,
‘apa Ham, kamu tadi bilang siapa ketemu siapa ?’ tanya Ias
sambil meletakkan minuman di meja ruang tamunya,
‘orang tuanya, Jakcson Raka Wirya nemuin bokapnya Gia ...
‘kata – kata Ilham menggantung di udara karena Gia keburu melesat menenteng
tasnya meninggalkan rumah Ias,
‘kenapa malah sampai Papa segala sekarang‘gumamnya, sambil
terus mendumel
Tiba-tiba, Gia di tarik masuk kedalam sebuah mobil sedan
warna hitam,
BUK .... !! Gia meninju orang yang menariknya keras,
‘Arggghh ...’, Gia menoleh shock karenanya,
‘Elo .... ? ngapain loe narik-narik gue ? mau nyulik hah ?’
tanya Gia sambil menatap Raka waspada, sementara Raka menghela nafasnya
dongkol, jelas saja dongkol Gia meninjunya cukup keras,
‘ada yang perlu kita omongin sekarang ... ‘kata Raka sambil
memberi kode sopirnya untuk menjalankan mobilnya,
‘nggak bisa di omongin di sini ya ?’ tanya Gia, Raka
menggeleng lalu sibuk kembali dengan Ipad-nya, Gia merengut mendengarnya,
seumur hidupnya ia bukan orang yang suka di atur dan anehnya dia menurut setiap
Raka yang memerintahnya.
‘Elo tahu .... bokap-nyokap elo nemuin bokap gue ... ‘Gia
berkata heboh begitu Raka memberinya kesempatan bicara, di salah satu bangku
alun-alun Jogja,
‘iya gue tahu ,,.... ‘respon Raka cuek, Gia melirik Raka
tajam,
‘kalo elo tahu ... kenapa nggak loe cegah sih ? katanya ini
cuman buat sementara aja ... ‘ omel Gia heboh,
‘yang salah tuh elo ... !’tuding balik Raka, Gia terdiam
karenanya,
‘kenapa
elo nggak bilang kalo elo anaknya Hananto Suherman ... ‘kata Raka cepat, Gia
mengerutkan alisnya,
‘elo kan nggak nanya .... lagian apa hubungannya sama bokap
gue siapa ... ‘pekik Gia heboh,
‘karena bokap elo .... kolega bokap gue ... ‘sahut Raka
yang langsung membuat Gia terdiam,
‘jangan bilang ..... kalo ini pengaruh sama perusahaan ....
?’tanya Gia pelan, Raka mengangguk
halus, Gia langsung terduduk di bangku taman di sisi Raka,
‘ini sama aja buka jalan buat merger, kalau udah nyangkut saham
kayak gini ..... gue nggak bisa mundur ...’ kata Raka kalem, Gia menggigit
ujung bibirnya frustasi,
‘gue juga nggak mungkin kalau udah nyangkut sama perusahaan
papa ... ‘kata Gia lirih,
‘apalagi kabar hubungan kita
sama pertemuan para orang tua udah masuk ke isu bisnis nasional ...... satu-satunya
cara ya .... terima aja .... kalau elo bakal minta cerai tenang aja ... bakal gue
cerai deh loe ... paling enggak tiga empat tahun kemudian ..... ‘kata Raka enteng niatnya hanya mempermudah
tapi nyatanya yang dia dapat adalah tendangan keras di tulang keringnya,
‘loe pikir kita drama korea apa ? buat gue nikah itu sekali
seumur hidup ..... ‘pekik Gia yang langsung di bekap Raka karena mengundang
perhatian,
‘loe pikir gue juga mau ? buat gue nikah itu sakral kali
.... gue maunya juga nikah sekali seumur hidup gue ... ‘sahut Raka dongkol,
‘ya terus gimana dong ?’ tanya Gia bingung,
‘ya udah .... kita nikah aja buat seumur hidup gimana ?’
sahut Raka cepat, Gia menatapnya tanpa berkedip,
‘elo lagi ngelamar gue apa gimana nih ?’tanya Gia, Raka
mengusap tengkuknya frustasi,
‘yah, terserah deh, elo mikirnya ini lamaran atau apalah’
jawabnya lirih, Gia ikut-ikutan frustasi mendengar jawaban Raka,
‘gue liat elo kayaknya masih muda gitu, kok bonyok loe
ngebet banget elo mesti nikah?’tanya Gia, Raka menoleh kearah Gia lalu menatap
pelataran alun-alun kosong,
‘umur gue, baru dua puluh lima tahun tiga bulan lalu, dan di
keluarga gue, berkembang mitos kalau anak pertama cowok, harus nikah sebelum
usianya genap dua enam, kalo lebih, bakal mati’ Gia membulatkan matanya
bersamaan dengan kata mati yang meluncur dari bibir Raka,
‘ah, elo bercanda aja, mana ada mitos kayak gitu’ kilah
Gia, Raka, menyatukan alisnya,
‘elo pikir gue percaya ? mama gue tuh yang percaya, dan gue
terlalu sayang sama mama gue buat nolak’ jawab Raka, Gia reflek merangkul
lengan Raka,
‘kalo ini buat mama loe gue nggak papa, bakal gue anggep
gue juga lagi menuhin kemauan mama gue yang udah di surga’ lirih Gia,
‘elo yakin ? hidup loe nggak akan sama lagi setelah ini ?’ tanya Raka tak
yakin,
‘ emangnya dengan gue nggak ambil keputusan ini hidup gue nggak berubah,
apappun keputusan gue hasilnya sama aja lagi buat bokap gue’ jawab Gia dengan
kepala masih bersandar di bahu Raka, bila dilihat dari jauh mereka nampak
sangat serasi layaknya pasangan kekasih lain, namun tidak pernah ada yang tahu
bahwa mereka hanya dua orang yang sebelumnya tidak pernah saling mengenal dan
mendadak harus menjalani hubungan.
//PULANG, DAN CALON
MERTUA //
Gia melirik Ilham dan Ias yang duduk
di sampingnya dengan kesal, mereka sibuk berdua sedang dia diacuhkan sendirian,
‘Gi .... senyum dong ....’ kata Ias sambil menggelayuti
lengan Gia, sementara Gia masih menekuk wajah cantiknya, ada banyak hal
berkecamuk dalam benaknya,
‘Gi .... bokap loe ... ‘kata Ilham sambil memandang ke arah
pintu keluar bandara, Gia menarik nafasnya, lalu mengikuti pandangan Ilham dan
menemukan sosok ayahnya yang hampir lima tahun ini, dia hindari,
‘sore om ... ‘kata Ilham sembari mencium tangan Hananto Suherman,
sementara Ias menatap ayah Gia tak berkedip,
‘Gi .... kok kamu ndak bilang toh kalo Papa mu itu, Hananto
Suherman ?’ bisik Ias di dalam mobil, yang membawa mereka,
‘buat apa juga gue bilang sama elu ? emang bakal ngaruh
sama skripsi lu ... ?’tanya Gia sambil terus memainkan ponselnya, Ias cemberut
mendengarnya,
‘Kak ... Papa mau nanya boleh, ?’ Papa Gia, yang di tanya
mengangguk ragu-ragu,
‘kamu kenapa nggak bilang kalau pacarmu anaknya Wiryadi
Prawira ?’tanya Papa tegas, Gia menatap jendela mobil sedan ayahnya sedikit
dongkol,
‘Gia ... nggak tahu kalo Raka itu, anaknya kolega Papa ...
‘jawab Gia, Papanya menarik nafas pelan,
‘kamu nggak main-main sama ini kan Kak ? perusahaan Papa sekarang tergantung sama keputusan
kamu ..... !’ tanya Papanya serius, Gia makin melengos mendengarnya,
‘emang Gia, pernah main-main, Gia kan serius sama semua
keputusan Gia ... lagian tenang aja .... Gia nggak akan pertaruhin karyawan
Papa yang banyak itu .... ‘jawab Gia, yang langsung membuatnya Papanya diam,
‘Gi ... ‘Ias memegang lengan Gia, selama mengenal Gia dan
Ilham, dia hanya tahu kalau hubungan Gia dan Papanya kurang harmonis, namun
baru kali ini Ias melihat betapa sangat tak harmonisnya hubungan mereka,
‘Pa .... anterin aja kerumah om Wira langsung, nggak usah
pulang ke rumah besar ... besok aja abis
acara,... ‘kata Gia yang langsung membuat Ias menoleh padanya,
‘iya ... Om kamu emang maunya kamu langsung ke sana ..
‘jawab Papanya, Gia mengangguk, tak berapa lama mobil sedan mewah Hananto
Suherman, memasuki perumahan elite berharga milyaran di daerah Jakarta,
‘Gi .... ini rumah siapa ?’tanya Ias yang mulai tolah-toleh
kebingungan,
‘ini rumah om gue Ias ... ayo masuk .... elo kerumah guenya
abis nikahan Om gue aja lusa ..’kata Gia sambil menggandeng Ias memasuki rumah
Om Wira yang ramai.
‘akhirnya pulang juga loe .... ‘kata Wira Suherman sambil
menuruni tangga menuju ruang tamu, Gia menyedekapkan kedua tangannya menanggapi
omelan Om kesayangannya, sementara Ias hanya mampu melongo dari tempatnya
berdiri, Om Wira yang sering Gia ceritakan ia pikir adalah seorang Om-om
workaholic hingga belum menikah di usia yang sudah tidak bisa di bilang muda
lagi, bahkan Ias menduga ini pernikahan kedua Om Gia, dan kenyataannya, Om Wira
adalah sosok pangeran dalam drama korea yang sering dia tonton di rumah, masih
muda, kaya, dan tampan,
‘ponakan pulang, peluk kek sambut kek .... ngomel mulu ....
‘sahut Gia cuek, Om Wira tersenyum lalu meraih Gia memeluknya,
‘aduh ... aduh .... Om bau .... belum mandi ya? Jauh-jauh
dari Gia ah .... jorok .. ‘Gia memprotes Om-nya keras-keras, Ias terkikik
melihatnya,
‘oh iya kenalin ini, Iasyah, temen Gia, dari Jogja ...
‘kata Gia memperkenalkan Ias, Om Wira tersenyum membuatnya terlihat sangat
tampan,
‘ya udah .... ajakin naik sana, istirahat ... ‘kata Om
Wira, Gia tersenyum amat sangat manis, lalu menggeret kopernya serta Ias menuju
lantai atas,
‘Gi .... sumpah Om kamu, kuereeenn bianget .... guanteng
tingkat wahid ... ‘kata Ias heboh, Gia menggeleng mendengarnya, lalu beralih
menuju balkon kamarnya,
‘JAKAARTAAA ..... GIAAAA PULAAANGGGG .... !!!’ pekik Gia
yang hampir membuat Ias jantungan.
Gia sedang asik-asiknya bersantai di
ranjang pagi itu, saat tiba-tiba,
Rakanggo Calling ... id nomer Raka di ponsel Gia,
Gia memandangnya ragu, ‘Assallamuallaikum .... Gia
Prameswari ... ‘sapa Gia ramah, terdengar deheman yang sangat di hapal oleh Gia
akhir-akhir ini,
‘ihhh .... elo ngapain ?’tanya Gia jutek, setelah Raka
menjawab salamnya,
‘gue udah di lantai bawah rumah Om loe nih .... buruan
turun, .... ‘perintah sepihak Raka membuat Gia mendengus kesal, anehnya ia
menurut,
‘baru juga jam delapan .... elo mau ngapain sih ?’tanya Gia
sambil turun dari tangga, Raka yang duduk di sofa, meliriknya cuek, terlihat
santai dengan pakaian casual, yang errrr, semakin mengekspos ketampanan Raka,
‘mama gue nyariin elo .... nanya ini lah itulah ....
intinya gue mesti ngajakin elo keluar ... ‘kata Raka, Gia yang masih berdiri di
tangga terakhir mengerutkan alisnya ragu,
‘loh Om gue kemana ?’tanya Gia yang baru sadar rumah Omnya
sepi,
‘katanya mau liat tempat acara gitu tadi .... ayo buruan
... keburu Mama gue ngomel ke kita..... !! jangan bilang elo belum mandi ?’kata
Raka kejam, Gia melemparkan sandal rumah yang di pakainya kesal,
‘udah lagi, enak aja loe ngomong ..., masalahnya Ias gimana
kalo gue pergi sama loe ?’tanya Gia bingung, ia bisa saja mengajak Ias tapi
masalahnya, akan banyak pertanyaan yang Ias lontarkan nantinya pada Raka, dan
ia enggan melihat raut kesal Raka, yang menurutnya adalah wajah yang paling tidak ingin
dilihatnya di dunia ini,
‘Ilham kemana emang ?’ tanya Raka yang masih sibuk dengan
ponselnya, Gia terlihat berpikir sejenak,
‘pinter loe .... bentaran .... gue ganti baju dulu ....
sama nelpon Ilham, ... ‘pamit Gia yang hanya di respon Raka dengan anggukan,
‘Gi .... darimana ?’tanya Ias yang sudah selesai mandi,
‘dari lantai bawah .... Ias .... elo mau jalan-jalan nggak
?’tanya Gia, Ias terlihat berpikir sejenak, lalu mengangguk, Gia langsung
tersenyum mendengarnya, lalu menelpon Ilham,
‘Ham ..... ke rumah Om Wira sekarang .... bawa mobil ....’
kata Gia tegas,tidak ada jawaban dari seberang sana, karena Gia langsung
menutup teleponnya dan bergerak menuju lemari pakaiannya,
‘Gi ... ini siapa ?’ tanya Ias begitu melihat Raka di ruang
tamu,
‘kenalin ini Raka ...’kata Gia pelan-pelan, Ias yang semula
terlihat santai dan tersenyum pada Raka langsung melotot pada Gia,
‘ini yang namanya Raka ... ?’ tanya Ias, Raka memandang Gia
bingung sementara Gia hanya memberi Raka isyarat meminta maaf,
‘jadi dia, orang yang kamu sembunyiin dari aku,
satu-satunya rahasia yang kamu sembunyiin dari aku sama Ilham ?’ tanya Ias
heboh, Gia meringis mendengarnya,
‘jadi kamu ya Ias sahabatnya Gia,‘kata Raka kalem, Gia
terlihat jengah mendengarnya,
‘ya udah Gi, ayo
buruan mama nunggu nih ‘kata Raka sambil
mengkode Gia untuk segera pergi,
‘bentar dulu .... Ilham belum dateng ... ‘sanggah Gia yang
sejujurnya malas pergi dengan Raka,
‘udah kok,
Ilham lagi di dapur ..... ‘jawab Raka yang langsung membuat Gia terdiam,
‘udah Gi .... pergi aja .... tenang Ias aman sama gue ...
kasihan tuh mamanya Raka ..... ‘Ilham berteriak dari arah dapur,
‘okey Ias .... gue pergi dulu sama Raka, entar elo jalan-jalannya
sama Ilham ‘pamit Gia yang langsung membuat Ias melongo shock, Raka berbalik
meninggalkan ruang tamu, di susul Gia yang mengekor dengan patuh,
‘kebiasaan banget sih merintah sesukanya ... ‘protes Gia
sambil memasuki mobil Range Rover Raka,
‘mau gimana lagi udah jadi kebiasaan gue juga ...’kata Raka
cuek,
‘besok-besok belajar nggak ngelakuin itu lagi eh kok loe
tumben nyetir sendiri ? biasanya pakek sopir’tanya Gia lagi, Raka menoleh pada
Gia santai,
‘pakai sealtbelt loe ... ‘kata Raka galak, setelah melihat
Gia tak kunjung memakai sealtbeltnya tanpa menggubris pertanyaan Gia, Gadis itu menurut memakai sealtbelt-nya, dengan wajah
kesal,
‘ngapain di Jakarta gue mesti pakai sopir, kan gue hapal
jalannya,’ Raka menjawab pertanyaan awal Gia,
‘berarti kalo elo di Jogja pakai sopir itu, karena nggak
hapal jalannya ya ?’ tanya Gia, Raka mengangguk membenarkan,
‘eh Budhe Adel ngapain nyariin gue ?’ tanya Gia,
‘mama katanya kangen sama .... calon mantunya ... ‘kata
Raka yang langsung membuat Gia merinding,
‘gue merinding denger elo ngomong gitu .... ‘sahut Gia,
Raka meliriknya dengan tatapan geli,
‘ya abis .... mama gue udah menasbihkan elu sebagai menantu
masa depan dia, di forum emak-emaknya tentunya ....
bahkan dia sampai punya foto elu ... dan di pamerin lagi ke temen-temennya
..... ‘jawab Raka, Gia menoleh ke arah Raka kaget, seekstrem itukah, mama Raka,
‘mama loe, kayaknya ngebet banget punya mantu ... ‘komentar
Gia, Raka mengangguk membenarkan,
‘itu mama tuh ... ‘kata Raka saat melihat mamanya di depan
salah satu butik mahal,
‘kok ke butik ?’tanya Gia bingung, Raka mengangkat bahunya,
lalu mamatikan mesin mobilnya, ‘nggak tahu ..... mama nyuruhnya ke sini .... ya
udah yuk turun ... ‘ajak Raka yang sudah melepas sealtbeltnya duluan.
‘Gia sayang ..... apa kabar ?’ tanya Mama Adeline setelah
Gia mencium tangannya takzim,
‘baik budhe .... ‘jawab Gia sambil tersenyum manis, Mama
Adeline mengangguk paham,
‘ayo masuk ..... kamu juga Ka ... mama udah bikin janji
sama desainernya,’ katanya semangat, Gia memandang papan nama butik itu ngeri,
‘mau ngapain ma ?’tanya Raka yang sepertinya tak terlalu
suka dengan nuansa butik yang terlihat sangat glamour,
‘Selamat Siang nyonya .... selamat datang di butik FERIZKA,
‘seorang karyawati menyambut mereka dengan ramah, sambil menunggu desainernya Mama
Adeline langsung sibuk memilih-milih baju, sementara Raka dan Gia duduk di
salah satu sofa yang di sediakan butik,
‘Gia ? ya ampun ...... ‘seseorang berseru heboh melihat
Gia, yang sedang meringis ke arah Raka yang kebingungan,
‘aku nggak nyangka kamu bakal ke butik aku Gi ..... sumpah
ini kehormatan banget buat aku karena kamu mau mampir kesini .... ‘wanita muda
yang sedikit lebih tua dari Gia itu menjabat Gia dengan heboh,
‘loh Gia ..... kamu kenal sama desainer butik ini ?’ tanya
Mama Adeline yang diangguki oleh Raka,
‘aduh nyonya siapa sih yang nggak kenal Gia Prameswari, dia
itu desainer yang namanya udah terkenal sampai ke mancanegara .... ini yang
desain baju nyonya beberapa bulan lalu, yang nyonya pakai di launching produk
baru ...... ‘kata wanita itu,
‘Gia ?’ Mama Adeline memastikan apa yang di dengarnya,
‘Mbak Feri ini berlebihan banget lho ya, itu tuh cuman
keberuntungan aja mbak ... ‘Gia berkilah sambil tersenyum manis,
‘bikin fashion show di London fashion week udah empat kali,
New York fashion week setiap tahun, sama punya show sendiri di Jakarta fashion
week, keberuntungan ? ya ampun kamu terlalu merendah sayang ... ‘kata Mbak Feri
yang langsung membuat Raka menatapnya kaget,
‘Budhe pengikut fashion, kenapa budhe nggak pernah liat
kamu di majalah ?’tanya Mama Adeline kepo, Gia tersenyum miris mendengarnya,
‘Gia nggak suka di ekspos budhe ..... orang cukup suka sama
baju Gia aja ... ‘jawab Gia halus,
‘ya udah sekarang apa yang bisa saya bantu ?’ tanya Mbak
Feri,
‘gini mbak .... saya mau mbak siapin baju buat mereka ....
‘Mama Adeline menyela dengan cepat, Mbak Feri mengangguk lalu melirik Raka,
‘Gi .... nggak mau kenalin yang itu ke mbak Feri nih ? ‘
sambil menunjuk Raka,
‘Mbak kenalin ini Raka,’ kata Gia hati-hati, Feri memandang
Raka dan mamanya lalu mengangguk,
‘jadi ini calon menantu nyonya yang waktu itu di bicarain
di telepon ternyata ‘Mbak Feri berkomentar sambil menggandeng mama Adeline
menuju ruangannya,
‘elo setenar itu ? kenapa gue nggak tahu ?’ tanya Raka
lirih, Gia menoleh ke kanan dan kiri mengecek keadaan,
‘yang tahu kalo gue desainer itu cuman, Ilham, Ias, pegawai
butik gue, sama para desainer senior aja ... dan sekarang tambah elo sama Budhe
Adeline .... ‘bisik balik Gia, Raka menjentikkan jarinya di dahi Gia,
‘adduuh ..... sakit tahu ..... reseh loe ... ‘komentar Gia
sambil mengelus dahinya,
‘abis ini kayaknya kita perlu bikin data diri ... biar bisa
lebih tahu satu sama lain, banyak bener rahasia loe‘kata Raka sambil membetulkan poni
Gia yang berantakan karena ulahnya,
‘aduh .... malah dua-duaan di sini ..... ayo masuk sini ...
‘Mbak Feri menggoda mereka dengan senyum merekah,
‘kamu pilih mana Gia sayang ? ini atau yang ini ?’ Mama
Adel menunjukkan dua pasang gaun berwarna ungu dan putih, Gia melirk Raka lalu
keduanya menggeleng bersamaan,
‘Ma ... mama nyariin gaun buat Gia emang mau ada apa
?’tanya Raka,
‘aduh ya ampun Raka .... kamu lupa apa kalau akhir bulan ini itu ada makan malam
keluarga besar di Marriot, mama mau Gia hadir di sana ..... dan kamu juga harus
hadir, kenalin Gia ke semua keluarga kita .... ‘jawab Mama Adel sambil
menimang-nimang kedua gaun itu, Gia menyenggol Raka mendengarnya,
‘ma ..... nggak usah ajak Gia dulu .... lah ..... Raka juga
nggak bisa dateng ada meeting ke Singapur ma ... ‘tolak Raka yang langsung
disambut pelototan Mamanya, Gia melirk Raka takut-takut,
‘kalau kamu nggak ada kan nanti ada mama ... ‘kilah
mamanya, Raka memandang mamanya ngeri,
‘nggak yakin ..... nggak kasian apa ma nanti kalo Gia
disana cuman melongo ...’ tambah Raka, Gia mengangguk membenarkan,
‘udah ..... yang penting Gia pilih dulu mau yang mana ....
‘putus mamanya mutlak, Raka menyandarkan diri ke sofa ruang kerja Mbak Feri
jengkel,
‘budhe ..... Gia pilih yang ini aja boleh ?’ pinta Gia
sambil menunjukkan sebuah gaun warna peach, yang berpotongan sederhana namun
terlihat manis,
‘itu nggak terlalu sederhana sayang ?’ tanya mama Adeline
memastikan,
‘Gia nggak suka yang glamour ma ..... jangan samain lah Gia
sama anak temen-temen mama ... ‘kata Raka sambil memainkan Iphonenya,
‘ya udah kalo gitu cobain dulu, siapa tahu kegedean dan
perlu dikecilin ... ‘kata Mbak Feri yang langsung di setujui oleh Mama Adeline,
Gia menerimanya dengan senyum manis yang terpaksa,
‘pas kok budhe .... nggak perlu di kecilin .... ‘kata Gia
sambil membuka gorden ruang pas, Raka mengangkat sebelah alisnya memandang Gia,
gaun peach itu melekat pas di badan Gia,
‘itu roknya nggak kurang ke bawah apa ?’ tanya Raka sambil
menunjuk bawahan gaun itu yang menggantung sedikit diatas lutut, mama Adeline memandang Raka kesal, anaknya ini
terlalu banyak protes,
‘iya Mbak Feri, Gia maunya di panjangin dikit boleh ?’tanya
Gia yang langsung diangguki Raka, Mama Adeline menatap Gia tak percaya,
‘nggak papa nggantung dikit biar lebih sexy ... lagian
cuman dikit aja .... ‘mama Adeline memprotes balik Raka,
‘enggak .... mama ..... gaunnya harus di bawah lutut ....
titik .... mama pilih gaunnya di panjangin atau Raka nggak akan bawa Gia kesana
... ‘putus Raka batu, Gia menggeleng melihat perdebatan keduanya,
‘budhe .... gaunnya di panjangin ya ? Gia nggak suka di
atas lutut ... ‘Gia menawar Mama Adeline, yang langsung mengangguk pasrah.
Sudah hampir seharian Gia dan Raka terjebak, bersama mama
Adeline, mulai dari ke butik, muter-muter mall dan sekarang makan,
‘aduh .... mama lupa kalau ada urusan .... kalian makan
berdua aja ya .... dada sayang .... ‘mama Adeline berlari kecil meninggalkan
Gia dan Raka,
‘ah nyokap gue tuh .... ‘kata Raka sambil menyandarkan diri
ke sofa,
‘hihi ..... nyokap elo lucu tahu .... kontras banget sama
elo ... ‘kata Gia sambil menyesap es cokelatnya, Raka menggeleng mendengarnya,
‘ngomong-ngomong soal acara om loe besok ..... gue bisanya
dateng pas resepsi soalnya pagi sampai rada siangan gue ada meeting seinget gue
... ’ kata Raka yang juga mulai menyantap makanannya, Gia mengangguk
mendengarnya,
‘nggak papa .... lagian waktu ijab qobul juga kebanyakan
dari keluarga perempuan, dan keluarga Suherman kebanyakan bakalan hadir malem
nya ... tahu sendiri kan Keluarga Suherman kayak apa .... ‘kata Gia santai,
Raka manggut-manggut karenanya,
‘ngomong-ngomong gue mau nanya sama elo soal yang tadi ...
‘kata Raka,
‘yang tadi ? maksud loe mbak Feri ?’ tanya Gia,
‘iya ..... soal itu .... bokap loe nggak tahu ya ?’ tanya
Raka, Gia menggeleng pelan,
‘gue belum bilang ...... rencananya waktu wisuda tiga bulan
lalu pas Papa ke Jogja, gue mau kasih liat butik gue ...... tapi karena papa
nggak dateng ya nggak jadi ... ‘jawab Gia lirih,
‘bisa-bisanya ..... elo kan anak kesayangan bokap loe .....
bokap loe nggak suka ya elo jadi desainer ?’ tanya Raka lagi, Gia menendang
kaki Raka yang ada di bawah meja, hal yang senang ia lakukan akhir-akhir ini,
‘hubungan gue sama bokap itu .... nggak seharmonis yang di
lihat orang-orang Raka ... makanya gue terbiasa ambil keputusan sendiri dari
gue SMA dan sejak gue kabur kuliah ke Jogja hubungan gue sama bokap makin
awkward ...., dan ngasih tahu bokap soal usaha gue itu ibarat nunggu bom atom
meledak, gue sengaja nggak kasih tahu bokap sebelum usaha gue keuntungannya
gede ... biar bokap nggak ikut campur ..... ‘jawab Gia panjang lebar,
‘hubungan kalian nggak harmonis ..... ? unbelieved banget
deh Gi .... soalnya gue pernah liat wawancara bokap loe di salah satu media
asing gitu .... dia bilang semua pencapaiannya dia itu karena termotivasi tiap
ngeliat putrinya ....’ sanggah Raka sambil mengetuk-etuk garpu ke bibirnya,
‘anak bokap gue bukan cuman gue .... ‘jawab Gia cepat,
‘bukannya elo anak tunggal ya ?’
‘elo bakal tahu besok malem ... ‘Gia menjawabnya singkat,
‘okey ..... elo harus kasih tahu gue besok malem ....’
putus Raka, Gia mengangguk menyetujuinya.
Gia berlari kesana-kemari dengan
kebayanya, semua hal pagi ini, benar-benar kacau, mulai dari tante-tantenya
yang telat make-up karena kurang perias, hingga memaksa Gia turun tangan
sendiri merias para tantenya para om-omnya yang memperebutkan baju batik,
sampai para ponakan yang berebut permen, mengacaukan pagi di kediaman Wira
Suherman, yang biasanya damai,
‘Gi ..... udah beres semua ?’ tanya sang calon pengantin
sambil menuruni tangga dari lantai dua, dengan baju untuk akad nikahnya yang
sudah siap,
‘kalo nggak inget hari ini, hari bahagia om ..... yakin Gia
bakal hajar Om Wira, ... ‘ omel Gia sambil membetulkan make-upnya sendiri,
‘loh Raka, Gi .... pasti elo cuekin dari pagi tuh anak ....
‘Om Wira menunju sesosok objek di teras depan, Gia memicingkan matanya
mengamati sosok itu,
‘hei ..... elo katanya ada meeting .... ‘Gia duduk di
samping Raka yang kelihatan suntuk banget,
‘elo tahu ..... semalem mama gue bikin kekacauan ...
‘cerita Raka, Gia menahan bibirnya untuk tidak tersenyum membayangkan yang
dilakukan wanita bule nyentrik itu,
‘pasti meeting elo dicancel semua ya ?’ tanya Gia, Raka
mengangguk,
‘iya dan dia nelponin klien gue satu-satu, bayangin tuh
sambil bilang katanya gue mesti nemenin elo seharian ini ... ‘ kata Raka lirih,
tawa Gia lolos mendengarnya,
‘malah ketawa ..... ‘protes Raka, Gia mengibaskan tangannya
tanda tak kuat lagi tertawa,
‘Gia .... eh sorry gue ganggu ya ?’ Ilham muncul dengan
wajah kaget yang tak di buat-buat,
‘enggak kok bro ... ‘jawab Raka sambil tersenyum, Gia
menatap Raka dan Ilham bergantian,
‘Ham .... baju batik yang itu kemarin masih sisa satu kan ?’
tanya Gia, Ilham mengangguk membenarkan,
‘iya .... kemarin waktu dibagi kelebihan satu ... soalnya
waktu pesen itu Om Wira di hitung juga ... ‘jawab Ilham yang masih berdiri di
samping pintu,
‘elo taruh mana sisanya ?’ tanya Gia, Ilham terlihat
berpikir sejenak,
‘di kamar tamu sebelah kiri kayaknya soalnya barang-barang
di suruh taruh sana semalem ... ‘jawab Ilham,
‘elo mau nggak pakai batik kayak Ilham ? .... kalo nggak
mau juga nggak papa ’tanya Gia ke Raka,
‘ya udah nggak papa ... ‘jawab Raka kemudian, Gia tersenyum
lalu memandang Ilham,
‘Ham .... anterin sama ambilin Raka ya ! gue mau cek
semuanya udah ready belum ... ‘kata Gia sambil memainkan alisnya ke Ilham,
tanpa menjawab Gia, Ilham mengkode Raka untuk
mengikutinya,
‘gue titip Gia ya .... ‘kata Ilham sembari menyerahkan baju
Batik pada Raka,
‘hah ? maksudnya ?’tanya Raka bingung,
‘dia udah kayak adik gue, dari kecil gue udah bareng-bareng
sama tuh anak .... nggak pernah ada rahasia antara gue sama Gia, dan elo
satu-satunya ,.... ‘jawab Ilham yang makin membuat Raka bingung,
‘elo tenang aja .... Insyaallah gue jagain dengan baik ,
‘jawab Raka yang sudah berganti pakaian dengan baju Batik,
‘mungkin Gia, belum cerita ini ke elo .... karena ini
menyangkut masalah internal ..... soal keluarga dia, gue cuman mau bilang, di
balik Gia yang keras kepala, nyebelin, suka ngatur, pemarah, Gia itu cengeng,
.....‘Raka mendengarkan penjelasan Ilham dengan seksama,
‘ya udah ..... ayo balik, bentar lagi, berangkat
kayaknya.... ‘kata Ilham, Raka mengangguk mendengarnya,
‘nah .... kalo diliat gini kan bagus ... ‘komentar Gia
begitu melihat Raka dan Ilham,
‘udah siap semua ?’ tanya Ilham, Gia mengangguk, lalu
menoleh kesana kemari mencari seseorang,
‘Ham .... Ias kemana ya ?’tanya Gia, Ilham tersenyum, lalu
menunjuk dengan dagunya pada Ias yang sedang menggendong ponakan Gia dan Ilham,
‘Ham .... kode tuh .... kode,.... ‘kata Gia sambil
menyengggol-nyenggol bahu Ilham,
‘kode apa ?’tanya Ilham bingung, Raka tersenyum melihat
tingkah keduanya,
‘kode dari Ias buat elo bro .... minta di seriusin ... di
perjelas arah hubungan kalian ‘celetuk Raka yang langsung di acungi jempol Gia,
‘wah .... Raka .... elo kok malah ikut-ikutan kesedengan
Gia sih ?’tanya Ilham salah tingkah, Gia terkikik mendengarnya,
‘ayo semua !’ seorang Om Gia mengomando semua orang untuk
berangkat,
‘gue ikut mobil siapa nih .. ?’tanya Gia kebingungan,
‘ya gue lah ...’jawab Raka spontan sambil menarik tangan,
Ias dan Ilham mengekori Gia menuju mobil Raka,
‘Gi .... gue kok nggak liat Papa loe dari tadi ?’ tanya
Raka setelah masuk ke mobilnya, Ias dan Ilham saling pandang di kursi penumpang
belakang,
‘dia masih di pesawat dari Jepang .... paling nanti malem
dia ada ..... tenang gue kenalin entar malem .... ‘jawab Gia sambil memainkan Iphonenya,
‘ow .... Gi,kebiasaan banget sih.... sealtbelt loe ...
‘Raka memperingatkan Gia,
‘cuman tiga puluh menitan, gue mesti pakai juga ?’ sanggah
Gia, Raka melirknya,
‘harus ... ‘jawabnya mutlak, Gia memanyunkan bibir
mungilnya lalu memakai sealtbeltnya, melihat pertengkaran kecil Gia dan Raka,
Ilham sontak terbahak sendirian,
‘gue mesti bikinin piala buat elo .... ‘kata Ilham pada
Raka,
‘piala ? buat gue ? kenapa emang ?’tanya Raka bingung,
‘karena elo satu-satunya yang bisa merintah Gia kayak gitu
bro .... ‘kata Ilham yang di sambut pelototan Gia, dan anggukan mantap Ias.
Ijab qobul berlangsung lancar pagi menjelang siang itu,
tangis haru pengantin wanita menandakan betapa bahagianya pengantin itu, hingga
tak mampu ia ucapkan dengan kata-kata,
‘ya udah gue balik dulu ya .... ke kantor bentaran ....
terus pulang .... takut ketahuan mama ... ‘pamit Raka setelah kembali ke rumah
Om Wira,
‘iya ati-ati loe di jalan .... salamin buat Budhe Adel sama
bokap loe, dan prepare aja buat entar malem siapin jawaban yang banyak, semoga aja
keluarga gue nggak kepoin elo ... ‘jawab Gia, Raka gemas mendengarnya lalu
mengacak poni Gia,
‘Raka .... susah tahu bikin poni seperfect ini ... ‘kesal
Gia manyun,
‘sampai ketemu nanti malem, assallamuallaikum ... ‘kata
Raka sembari masuk ke mobilnya,
‘waallaikumsallam ... ‘jawab Gia lirih.
Raka mengedarkan pandangannya ke
penjuru balairung besar tempat acara resepsi itu di laksanakan, sejujurnya ia sudah
tiga kali mengelilingi
balairung ini, mencari Gia, dan sayangnya usahanya tak membuahkan hasil, bahkan
Ilham yang biasanya mudah ditemui dimana saja nihil,
‘Raka !!’ terdengar namanya di panggil cukup keras, Raka
mengamati orang itu dan mendapati Ias melambai padanya,
‘Gia mana ?’ tanya Raka setelah mendekat pada Ias,
‘dia lagi bantuin tantenya .....‘jawab Ias,
‘oh gitu .... ‘respon Raka, Ias tersenyum melihatnya,
‘Raka ..... aku boleh nanya nggak ?’tanya Ias hati-hati,
‘nanya apa ?’tanya balik Raka, Ias sedikit ragu
mendengarnya,
‘kamu nggak akan nyakitin Gia kan ?’tanya Ias, Raka sedikit
terperanjat mendengarnya, lalu tersenyum,
‘muka gue emang bad boy banget ya Ias ?’tanya Raka sedikit
bingung, Ias tertawa mendengarnya,
‘enggak maksud juga bilang gitu aku .... ‘sahut Ias cepat,
Raka menggeleng mendengarnya,
‘kalian,segitu sayangnya ya sama Gia ? enggak Ilham, enggak
loe intinya sama, minta Gia supaya jangan disakitin .... ’ tanya Raka gemas, Ias tersenyum,
‘dia pernah di lukai ..... dan aku nggak mau dia hancur
karena hal yang sama, ... ‘jawab Ias lirih, Raka mengangguk lalu menepuk bahu
Ias,
‘tenang, gue bakal jagain dia sampai akhir ‘kata Raka percaya diri, Ias balas tersenyum
ke Raka,
‘Ias .... elo lagi nggak ada niat buat nikung Gia kan ?’ tanya Ilham yang di sampingnya berdiri
Gia, Ias menendang Ilham karenanya,
‘enggak lah, Raka bukan tipe ku ... ‘jawab Ias cepat,
‘iya lah bukan tipe, tipe nya kan elo Ham ... ‘ceplos Raka
yang kontan membuat keduanya salah tingkah, Gia tersenyum mengamati kedua
sahabatnya salah tingkah, sementara Raka memandang Gia takjub, karena Gia tampak
sangat cantik dengan gaun tanpa lengan warna darkblue yang sangat cantik, bahu
putihnya terekspos indah dengan rambut yang di gerai ke samping, di tambah make
up natural yang membuat kecantikannya kian terpancar,
‘Raka ..... Gia emang cantik jadi biasa aja mandanginnya,
‘Ilham membalas menggoda Raka, Gia melirik Ilham tajam,
‘yee ya masa bodo ... ‘kilah Raka, Ilham menyodorkan
lengannya yang di gelayuti Gia pada Raka,
‘mau ngapain loe ?’tanya Gia, Ilham mencebikkan bibirnya
pada Gia,
‘tugas gue ,nenteng elo kemana-mana selesai, udah ada Raka,
gue mau makan’ kata Ilham sambil memindahkan tangan Gia ke lengan Raka, Gia
sempat ingin protes, namun mengingat ini malam bahagia om-nya ia enggan
memancing keributan,
‘ya udah sonoh loe pergi, gue mau nyari om-om gue dulu ...
‘sahut Gia ketus, Ias dan Ilham kompak terkikik, lalu berlalu beriringan
meninggalkan Raka dan Gia,
‘mereka nggak tahu ya Gi soal, sandiwara kebablasan kita
?’bisik Raka, Gia menggeleng,
‘jangan kasih tahu mereka, biar aja mereka mikir kayak apa
yang mereka pikir sekarang , mereka terlalu sering mikirin gue,’ bisik balik
Gia, Raka mengangguk, lalu melangkah membawa Gia, ke salah sisi yang lebih
lapang, Gia lalu memperkenalkan Raka pada beberapa kerabatnya yang belum sempat
di kenalkan pada Raka tadi pagi,
‘elo cantik juga kalo pakai pakaian feminim gini .... ‘puji
Raka secara tak langsung, Gia tersenyum manis, lalu menepuk lengan Raka yang di
pegangnya,
‘elo juga cakep kok ... ‘balas Gia, Raka sudah hendak
mengacak poni Gia, namun gadis itu dengan cepat mengelak,
‘eits .... jangan harap bisa berantakin poni gue lagi ...
‘kesal Gia, Raka menahan tawanya agar tak lolos,
‘orang nggak jadi juga ... lagian kalau rambut loe, gue
berantakin, bisa-bisa gue pulang nama entar ... ‘canda Raka, Gia manyun
mendengarnya, Raka menolehkan kepalanya kesana-kemari, merasa ada yang
mengawasi,
‘Kak ... ‘sebuah suara halus terdengar lirih, Gia dan Raka
menoleh bersamaan, Raka merasakan pegangan Gia di lengannya menegang,
‘ada apa ?’ suara ceria Gia berubah dingin menjawab gadis
itu,
‘di tunggu Papa, pacar kakak juga,’katanya, Gia mengangguk,
saat gadis itu akan berbalik, Raka sempat melihat tatapan sedih gadis itu ke
arah Gia,
‘ayo Rak ... ‘Gia melangkah pelan, Raka mengikutinya
perlahan,
‘Gi .... itu tadi siapa ?’ tanya Raka, Gia menarik nafasnya
panjang,
‘entar aja, gue kenalin ... elu juga bakal tahu ... ‘jawab
Gia, Raka mengangguk lalu mengambil alih membuka jalan menembus para tamu yang
menghalangi jalan, sekitar sepuluh menitan Gia dan Raka tiba di depan sebuah
ruangan yang berada tepat di depan ballroom acara resepsi, Raka membukakan
pintu untuk Gia, di dalam ruangan itu, tampak Hananto Suherman dengan pakaian
tuxedonya,
‘malem Pa ... ‘Gia buka suara lalu mencium tangan Papanya,
‘selamat malam Om ... ‘Raka mengekor di belakangnya, juga
mencium tangan Papa Gia,
‘ayo duduk ... jangan sungkan ... ‘seorang wanita menyahut,
dia duduk tak jauh dari Hananto Suherman, di samping wanita itu, gadis yang
memanggil Gia tadi duduk di sampingnya,
‘malem ...... Gia ... ‘sapa wanita itu, Gia tersenyum namun
tangannya mengeratkan pegangannya ke lengan Raka,
‘Gi .... !’ panggil Raka lirih,Gia tersenyum ke arah Raka,
‘Raka kenalin ini Papa ku .... kamu tahu kan namanya, ini
Hilda, adikku dan Bunda Heni, mamanya Hilda ... ‘kata Gia sambil menunjuk
anggota keluarga intinya satu persatu,
‘Pa ..... kenalin ini, Jackson Raka Wirya, maaf baru bisa
ngenalin sekarang,’ lanjut Gia, Papanya mengangguk lalu menyuruh Gia dan Raka
duduk di depannya,
‘Gia, apa kabar ?’ tanya Bunda Heni seraya tersenyum ramah,
‘baik bunda .... maaf beberapa tahun ini Gia, nggak pernah pulang
... banyak kegiatan ‘jawab Gia, Raka memandangnya aneh, cara bicara itu bukan
milik Gia yang normal,
‘kalian udah lama pacaran ?’tanya Papa nya sambil memainkan
jari-jarinya di ujung kursi, Gia melirik Raka,
‘lumayan Om .... ‘jawab Raka berani, ‘bohong baru juga kenal enam bulan’batin Raka
‘kalian rencana menikah kapan ?’tanyanya lagi, Gia menatap
Papanya kaget,
‘setelah Gia selesai sama Fashion shownya Om ... ‘jawab
Raka, Gia terlihat tak terima mendengarnya, sedikit takut, Raka secara tak
langsung membongkar profesi sampingannya,
‘Fashion show ? jadi kamu beneran desainer Gi ?’tanya
Papanya, Gia mengangguk lalu menunduk dalam-dalam,
‘kenapa nggak cerita ke Papa soal bisnis kamu ?’tanya Papa,
Gia mengigit ujung bibirnya,
‘Gia nggak mau ngecewain Pa kalau nanti bisnis Gia gagal ....
takutnya Papa nggak setuju .... ‘jawab Gia, senyum tipis tercetak di bibir
Hananto Suherman, Hilda yang duduk di seberang Raka memandang Gia takjub,
‘okey .... kalau kalian mau nikah setelah urusan Gia
selesai, terserah kalian ... ‘putus
Hananto Suherman mutlak, Gia meremas telapak tangan Raka kuat-kuat, membuat
Raka sedikit meringis nyeri,
‘Mas .... apa kita nggak sebaiknya bahas ini sama orang
tuanya nak Raka ?’ tiba-tiba Bunda Heni angkat bicara, Hananto Suherman
berdehem mendengarnya,
‘aku udah ketemu mereka .... dan mereka nyerahin semuanya ke Gia sama
Raka, jadi kenapa kita nggak ngelakuin hal yang sama ... ‘jawabnya tegas, Bunda
Heni mengangguk lalu menyodorkan teh pada semua orang,
‘jadi kakak bakalan beneran nikah ?’tanya Hilda, Gia
meliriknya lalu melirik Raka,
‘iya ..... kenapa emangnya ?’tanya Gia, Hilda terlihat ragu
bicara,
‘Nak
Raka .... bunda titip Gia ya .... jagain baik-baik ... ‘kata Bunda Heni seraya
tersenyum hangat, Gia kembali meremas telapak tangan Raka di bawah meja,
‘iya tante ...’ jawab Raka sambil balas menggenggam tangan
Gia,
‘nggak kapok kan Rak, punya pacar kayak Gia ?’tanya Papa
Gia sambil menyesap teh hangatnya,
‘kapok om ? enggak, sejauh ini belum ada sifat Gia yang
bikin saya kapok ... mungkin kapoknya kenapa nggak dari dulu aja saya ketemu
Gia, ‘jawab
Raka, ‘kecuali kegalakannya yang ampun
bisa bikin orang pengen bunuh diri ....’ protes batin
Raka setelahnya, enam bulan kebelakang selama proses pendekatannya dengan Gia dia
memang sering menjadi korban amukan Gia secara mendadak,
‘emang Gia nggak manja ?’ tanya Hananto Suherman lagi, Gia
memandang Papanya sebal,
‘manjanya masih wajar kok Om .... menurut saya ... ‘jawab
Raka yang di angguki oleh Gia,
‘Om titip anak Om ya Rak
... ‘kata Papa Gia selanjutnya, Gia memandang Papanya sejenak lalu
melangkah meninggalkan kursinya keluar ruangan tergesa, tanpa bicara apa-apa,
‘Gi ..... !’ Raka memanggilnya namun Gia terus melangkah
tanpa mau menoleh ke belakang,
‘Om .... saya susulin Gia dulu ‘pamit Raka, Hananto
Suherman mengangguk,
‘Raka .... jaga Gia baik-baik, Om udah nyakitin dia banyak
banget, tugasmu cuman bahagiain dia ... ‘kata Hananto Suherman sebelum Raka
melangkah keluar ruangan, Raka melangkah dengan cepat mencari Gia, entah
mengapa perasaannya di liputi kecemasan,
‘Gi ..... ‘Raka memanggil nya, di ujung ballkon, Gia tak
menoleh bahunya naik turun menandakan dia sedang menangis,
‘Gi .... elo kenapa
?’tanya Raka sambil menyentuhkan tangannya ke bahu Gia, Raka memutar Gia
yang tak kunjung menjawab menghadap ke arahnya, nampak air mata yang meleleh
dengan deras di kedua pipi Gia,
‘gue salah ngomong ? maaf ... ‘tanya Raka, Gia menggeleng,
‘Mama .... gue kangen mama .... ‘lirih Gia, Raka
mengerutkan alisnya,
‘udah jangan nangis ah ...... entar make up loe luntur Gi,
.... ‘kata Raka sembari menyeka air mata di pipi Gia,
‘kalo mama masih hidup .... pasti hubungan gue sama papa
nggak sekaku ini, ‘tangis Gia kian menjadi, Raka mendekap Gia ke bahunya,
menjadikan bahunya sandaran Gia,
‘udah dong Gi .... jangan nangis lagi, mama loe sedih kalo
ngeliat elo nangis gara-gara dia ... ‘kata Raka sambil mengelus rambut panjang
Gia,
‘ya udah ..... kapan-kapan gue cariin waktu senggang, terus
kita ziarah ke makam mama loe ya ?’ Raka menawarkan sebuah ide yang langsung
membuat Gia mendongak ke arahnya,
‘elo yakin ?’tanya Gia, Raka tersenyum lalu mengangguk, Gia
melepaskan diri dari pelukan Raka lalu mengusap sisa-sisa air matanya,
‘ah gue jelek banget nangis ... ‘kesal Gia sambil menutupi
mukanya dengan rambut panjangnya,
‘apa sih loe, sama gue doang juga .... yang lebih
jelek dari ini juga pernah gue liat ... ‘kata Raka sembari merapikan rambut Gia dari
wajahnya,
‘ayo masuk, Ka .... di sini dingin nih .... ‘kata Gia
sambil mengusap lengan dan bahunya yang terekspos, Raka mengangkat alisnya,
‘mau pakai jas gue ?’ tanya Raka, Gia langsung menggeleng,
‘emang film apa kalo ceweknya kedinginan cowoknya
ngelepasin jaket, atau jas nya’omel Gia yang langsung di tanggapi gelengan
Raka,
‘ya udah sini, gue peluk aja deh ,.... ‘kata Raka sambil
merentangkan lengannya, tanpa di duga-duga Raka, Gia mendekat ke dalam pelukan
Raka,
‘anget ya di peluk elo .... ‘komentar Gia yang sukses
membuat Raka mendadak jantungan,
‘Kak Gia ... ‘Gia yang masih di peluk Raka menoleh ke
sumber suara nampak Hilda dan seorang cowok berdiri di sampingnya, nampak
kesedihan di wajah pemuda itu, melihat Gia yang berada dalam dekapan Raka,
Gia tersenyum, Hilda terlihat
ragu melirik pemuda di sampingnya,
‘Kak .... ada yang mau ngomong sebentar sama kakak’ kata
Hilda, Raka yang paham maksud Hilda menoleh pada Gia,
‘ya udah, gue tunggu di dalem ya ... ‘kata Raka, Gia
menggeleng mendengarnya,
‘enggak usah, siapa sih Hil ?’tanya Gia sambil melirk Raka
tajam,
‘gue Gi ... ‘ pemuda itu langsung menyela, Raka mengerutkan
dahinya, sangat terlihat kalau orang itu sangat merindukan Gia,
‘oh elo .... oh iya Raka .... kenalin, dia Deni mantan
pacar gue, dan Deni kenalin dia calon suami gue,’ Gia terlihat penuh penekanan
saat mengatakannya, Raka sampai begidik ngeri melihatnya,
‘ya udah kalau emang ada yang mau kalian bicarain ... gue
mau duduk di sana dulu ‘ kata Raka pada Gia, Raka lalu berjalan menuju sofa di
ujung lorong di ikuti oleh Hilda,
‘jadi ada apa ?’tanya Gia, Deni menarik nafasnya, lalu,
‘apa kabar Gi ?’ tanya nya, Gia tersenyum,
‘baik, kabar gue baik, soalnya skripsi udah
beres, KKN udah beres, sidang juga udah beres, dan tinggal nunggu wisuda ...
‘jawabnya enteng, Deni tersenyum, dia merindukan sosok cerewet ini, gadisnya
yang pergi tanpa mengatakan apa-apa empat tahun lalu dan kembali bersama
seseorang yang di akui Gia sebagai calon suaminya,
‘kenapa loe ? ada yang salah sama gue ?’tanya Gia, Deni
menggeleng, bukan ini maksudnya, dia ingin bicara banyak tapi kata-kata yang
sudah di rangkainya menguap bersamaan dengan matanya yang menangkap kemesraan
Gia dan Raka,
‘Gi, elo serius mau nikah sama cowok itu ?’ tanya Deni, Gia
sedikit terkejut mendengarnya,
‘kenapa loe nanya gitu, ?’tanya balik Gia, Deni terlihat
sedih,
‘Gi
..... gue .... ‘kata Deni terputus, Gia berlalu memunggunginya, seolah paham
dengan apa yang akan di katakan Deni, mengungkit masa lalu mereka yang bagi Gia
adalah kepahitan,
‘kalo loe nyari gue cuman buat ngomongin masalalu sorry,
gue menatap masa depan, nggak noleh ke belakang lagi, ‘kata Gia tegas,
Raka memandang ke arah Gia dan Deni cemas, takut kalau Gia
akan menangis lagi, entah kenapa melihat Gia menangis membuat hatinya tak
tenang,
‘udah lama kenal kak Gia ?’tanya Hilda, Raka menoleh ke
arah Hilda lalu mengangguk,
‘Kak Gia cerita kalau dulu punya pacar ?’tanya Hilda lagi,
Raka sedikit jengkel mendengarnya,
‘cerita sih,tapi gue nggak kenal semua, dia mantan pacarnya
di Jogja kan juga banyak sebelum sama gue ‘sahut Raka setengah dongkol,ia orang
yang irit bicara sejujurnya, hanya bersama Gia saja Raka akan berubah over
cerewet melebihi kebiasaannya dan dengan orang lain Raka tetap sama, irit
bicara, apalagi dengan yang tak terlalu akrab,
‘jadi termasuk soal Deni ?’ tanya Hilda, Raka menoleh pada gadis
yang mungkin akan menjadi adik iparnya itu, nampak Hilda menunduk dalam-dalam,
‘mungkin pernah, tapi nggak tahu juga sih, lupa ... ‘ jawab
Raka asal, Hilda terdengar menarik nafasnya berat,
‘Raka .... ayo ... ‘Gia sudah berdiri sambil berkacak
pinggang ke arah Raka,
‘iya bawel, ... ‘sahut Raka sembari melingkarkan tangannya
ke pinggang Gia, mereka lalu berjalan meninggalkan Hilda yang melepas mereka
dengan tatapan penyesalan,
‘Hil, gue terlambat dan udah kalah telak’ kata Deni,
‘loh, kak Den, jangan ngomong gitu dong kak’ sesal Hilda,
‘gue nggak nemuin kebohongan ataupun keraguan di mata Gia
tadi’ jawab Deni, Hilda mengusap lengan Deni menguatkan,
‘Hilda kayaknya ngarep banget elo balikan sama Deni ... ‘kata
Raka sambil melirik Gia yang membisu,
‘oh iya ? udah ah jangan di bahas ... ‘kata Gia sebal, Raka
mengangguk,
‘eh iya, tadi Hilda nanya gitu sama gue soal elo cerita
enggak tentang Deni .... ‘kata Raka yang langsung membuat Gia menoleh, Raka
tersenyum,
‘gue jawab, kayaknya pernah tapi gue lupa gitu .... ‘lanjut
Raka yang langsung membuat Gia bernafas lega,
‘ada black story soal masa SMA gue, alasan yang bikin gue
terdampar ke Jogja, setelah gue ketemu keluarga loe bakal gue ceritain ......
‘lirih Gia, Raka mengangkat alisnya, sebenarnya ia tidak meminta tapi
sepertinya Gia suka keterbukaan,
‘ceileeeh .... lengket bener neng .... !!’ Ilham datang
mengolok mereka sambil menggendong seorang balita,
‘apa-apaan sih ini manusia berisik banget ..... ‘komentar
Gia pedas, Raka hanya menggeleng melihat kegalakan Gia,
‘aunty .... ‘balita manis itu mengangkat tangannya meminta
di gendong Gia,
‘oh Henri ....come on, ‘respon Gia sembari menerima Henri
dari gendongan Ilham,
‘bisa juga loe gendong bocah, ‘bisik Raka yang langsung di
sambut pelototan Gia,
‘gimana tadi ketemu sama bokapnya Gia ?’tanya Ilham sambil
duduk di samping Raka dan Gia,
‘nggak gimana-gimana, semuanya lancar, nggak banyak kok
yang di omongin, soalnya kan orang tua udah pada saling ketemu .... ‘jawab Raka santai, Ilham mengerutkan
keningnya,
‘elo nggak di kepoin ? di galakin ?’tanya Ilham yang di
hadiahi tendangan di tulang keringnya,
‘enggak tuh ... ‘jawab Raka yang sukses membuat Ilham menganga, Hananto
Suherman adalah ayah yang sangat protektif pada semua lawan jenis yang
mendekati Gia, bahkan walau tanpa Gia ketahui Papanya sering memonitori
kegiatan Gia melalui Ilham yang memang sengaja di kirim ke Jogja mengawasi Gia.
Gia mengepak pakaiannya ke dalam
kopernya pelan-pelan,pikirannya kusut banyak hal berputar-putar dalam otaknya,
‘bedanya apa sih Gi rumah loe sama rumah-rumah lain, kok di
sebut rumah besar ?’tanya Ias yang sudah selesai berkemas sejak tadi,
‘elo lihat aja sendiri entar, alasan lain karena Papa anak
pertama kakek dan kalo ada kegiatan keluarga bakal terpusat di rumah gue .... ‘jawab
Gia sambil menghentikan kegiatannya sejenak,
‘oh.....kata Ilham rumah loe deket sama rumahnya...‘kata
Ias lirih, Gia mengangguk,
‘iya rumahnya persis di depan rumah gue, kamar dia juga
hadap-hadapan sama kamar gue, dan kita sering teriak-teriak dari kamar
masing-masing buat ngobrol, ‘jawab Gia, Ias ingin menanyakan sesuatu, namun
urung,
‘tenang aja nanti gue kenalin sama mama Ana, mamanya Ilham,
terus Deta, adeknya Ilham yang cakep buanget ..... ‘Gia mengutarakan idenya,
Ias terlihat kaget mendengarnya,
‘apa sih Gi ....’respon Ias sambil melarikan diri ke dalam
kamar mandi,
Ias memandang rumah besar Gia dengan takjub, tidak ini
tidak di sebut rumah, ini istana, pantas di sebut rumah besar, ukurannya
mungkin setara dengan istana negara atau istana Bogor,
‘are you kidding ? it is pallace ..... ‘kata Ias sembari
mencubit lengan Gia,
‘is just litle than Buckingham .... ‘sahut Gia enteng, Ias
mencekik Gia mendengarnya,
‘Non Gia ?’ Gia menoleh
slow motion mendengar namanya di panggil, pun begitu dengan Ias, Gia tersenyum
manis mendapati Mbak Yem, pembantunya yang sudah tinggal bersamanya dari dia
kecil,
‘apa kabar Mbak ?’ sapa Gia ramah, mata Mbak Yem
berkaca-kaca melihat Gia, kebahagiaan yang tak dapat diungapkannya, melihat
nona kecilnya tumbuh menjadi wanita cantik,
‘Non .... kenapa jarang pulang ? empat tahun kuliah ndak
pernah Mbak Yem denger kabarnya, .... ndak kangen opo sama Mbak ? teganya non
Gia ningggalin Mbak Yem, ‘Mbak Yem mendumel tanpa jeda sembari membukakan pintu
besar rumah, Gia tersenyum sementara Ias berusaha keras menahan tawanya agar
tak pecah,
‘iya ... iya .... maaf Mbak, hehehe kamarku udah di beresin
?’tanya Gia mengalihkan topik pembicaraan, Mbak Yem mengangguk dengan yakin
lalu mengambil alih koper Gia dan Ias dan membawanya menuju lantai atas,
‘pembantumu unik Gi .... bisa gitu ngomong tanpa jeda dan
narik nafas,’Ias menggeleng tak percaya, Gia tersenyum lalu melongo kan
kepalanya ke arah teras samping, nampak Hilda sedang duduk di ayunan, sedang
melamun tepatnya,
‘Gi ... itu Hilda ya ?’tanya Ias lirih, Gia mengangguk
sembari masih fokus mengamati Hilda yang sepertinya sudah melayang ke dunia
lamunannya,
‘nggak mau nyapa dulu Gi ?’tanya Ias, Gia menggeleng, lalu
mengangkat lima jarinya seperti menghitung mundur,
‘lima, empat, tiga, dua, dan satu, Booom ‘gumamnya, dan
benar saja, Hilda di kejutkan dengan kemunculan Ilham yang membuatnya hampir
terlonjak dari ayunan,
‘Kak Ilham ! ya ampun, kalo Hilda tadi jantungan gimana ?’
kesal Hilda, Ilham tersenyum, lalu menunjuk dengan dagunya Gia, Hilda terkejut
melihat kakak tirinya,
‘Kak Gia, maaf kak, nggak denger kakak dateng, Bunda sama
Papa lagi ke,... ‘kata Hilda yang di tanggapi Gia dengan cepat,
‘gue tahu, mereka lagi ke Singapur, Papa medical check
up,’sahut Gia sinis, Ilham melirik Gia pasrah, seolah menyerah dengan sikap
yang di tunjukkan Gia pada Hilda,
‘gue pikir bakal balik besok loe, ‘ kata Ilham mengalihkan
pembicaraan, Gia mengangkat bahunya lalu menunjuk Ias dengan dagunya,
‘kangen tuh Ias sama loe, Deta mana ?’ tanya Gia sambil
melongo ke belakang tubuh Ilham,
‘Apa Gi ? kangen loe
sama gue ? ‘ suara bariton yang khas persis seperti Ilham, Gia memandang sosok
itu seraya tersenyum cerah, itu Deta,
adik kembar identik Ilham,
‘Ilham kok ada dua ?’ Ias dengan polosnya mengatakan yang
dilihatnya, Deta tersenyum lalu merangkul Gia dengan hangat,
‘hai, Ias ya ? kenalin gue Deta, adik kembarnya Ilham, cantik juga ya
elo ... ‘kata Deta yang langsung membuat Ias blushing dan Ilham melotot marah,
Deta langsung mengerling pada Gia,
‘dulu-dulu kemana loe ? giliran sekarang, mau nikah baru
pulang ,,.... ‘ Deta tiba-tiba mengatakan sesuatu yang langsung membuat Gia
cemberut,
‘eh, elo kan tahu, ngapain masih nanya sih ?’ kesal Gia,
Deta menyipitkan matanya,
‘mana kemarin gue nggak di kenalin lagi,’kesal Deta, Ilham
menyumbat kupingnya dengan tangan, perdebatan mereka tidak akan berhenti sampai
mereka lelah sendiri,
‘ya elunya yang kemana ? gue kan kemarin udah kenalin ke
semua kecuali elo, Mbah Kung
aja gue kenalin ke dia ‘ kata Gia sambil meninju lengan Deta kuat-kuat,
‘bokap loe balik jam berapa Gi ?’tanya Ilham, Gia melirik
jam tangannya,
‘seperempat jam lagi, paling bokap landing, yah masih sejam
lagi lah sampai rumah,’jawab Gia, seperti sudah tahu jadwal kegiatan ayahnya,
‘Ilham pengalihan, gue kan lagi bahas calon suaminya Gia,
‘kata Deta galak, Ilham mengangkat bahunya, Deta kembali merangkul Gia,
‘kapan mau elo kenalin nek ?’tanya Deta, Gia terlihat
berpikir sejenak,
‘entar ya, abis acara makan malem gue sama keluarga
besarnya, gue cariin waktu ‘jawab Gia, yang sontak mengundang pelototan tajam
Ias dan Ilham,
‘makan malem sama keluarga besarnya ?’tanya Ias, Gia
mengangguk membenarkan, Ilham menghambur ke arah Gia, lalu mencekiknya,
‘dasar loe ya, udah punya pacar nggak bilang-bilang,
sekarang apa-apa juga nggak cerita ‘maki Ilham heboh, Gia yang lehernya di
guncang-guncang oleh Ilham hanya mampu memasang wajah memelas memohon
pengampunan,
‘eh .... calon istri gue nih, enak aja pada main
cekek-cekek entar kalo mati gue jadi duda sebelum nikah dong .....’ Raka muncul bak pahlawan
menyelamatkan Gia,
‘wuidiiih, jadi ini nih calon loe Gi ? mirip banget sama
dream husband kriteria loe’kata Deta
sembari mengawasi Raka,
‘diem loe .... ‘ancam Gia, Raka memicing pada Gia yang
mengkodenya agar jangan aneh-aneh,
‘dream husband ? ‘ulang Raka, Deta dan Ilham mengangguk
kompak,
‘iya,....
tinggi, checklist, turunan bule, checklist, putih, checklist, smart, checklist,
emmh apa lagi ya ...’ jawab Deta sembari memberi tanda checklist imajiner di
udara, Gia menutup telinganya sembari memandang Raka memelas,
‘cool, checklist, putih checklist, CEO muda,
checklist’tambah Ilham sembari mengikuti gerakan Deta,
‘Muslim yang baik, dan bisa bikin Gia nurut’ tambah Ias, Raka
menganga mendengarnya,
‘duh elo beruntung banget ya, semua itu ada di gue’ bisik
Raka, Gia memandang ketiga sahabat baiknya kesal, lalu melirik Raka tak terima,
‘apa loe, malu gue tahu’ sentak Gia, Raka mengacak rambut
Gia yang merengut kesal.
Jam menunjukkan pukul empat sore, Gia masih bergelung di
kasur besar kamarnya sembari membolak-balik novel Harry Potter kegemarannya,
yang entah sudah berapa ratus kali ia baca,
‘Gi, ada yang nyari elo di bawah ‘kata Ias sembari duduk di
ujung ranjang Gia,
‘who ?’tanya Gia sembari tetap fokus pada bukunya,
‘Raka .... ‘’jawab Ias santai, Dubraak .... !! Gia
terpelanting ke bawah ranjang karenanya, ia lupa, ada janji dengan Raka, matilah Gia sekarang,
‘Rakaaaa .... gue lupa maaaaf ‘Gia berlari menuruni tangga
menuju Raka yang hanya mengangkat satu alisnya tanda hafal dengan tabiat pelupa
Gia,
‘jadi daripada elo heboh turun tangga, mending elo mandi,
terus dandan deh ‘sahut Raka, Gia berdiri bimbang di tangga paling bawah,
‘dreesnya lupa belum di ambil ‘jawab Gia lirih namun masih
terdengar oleh Raka,
‘dasar pelupa, tuh udah gue bawain ‘jawab Raka sembari
menunjuk tas berisi dress yang di pesan Gia beberapa hari lalu dari butik mbak
Feri,
‘thank’s you save me, you are my hero ‘pekik Gia, sembari
meraih tasnya, Raka menggeleng tak percaya, melihat kelakuan aneh Gia,
‘udah buruan sana, elo kan kalo mandi lama pasti ‘kata Raka
sambil mebalikkan badan Gia menuju lantai atas,
‘dasar sok tahu .... okey bubay gua capcus mandi ‘sahut Gia
sambil melesat meninggalkan Raka,
‘elo kok bisa lupa sih, dua hari lalu kan elo ngingetin gua
tentang tuh acara, sampai nelpon-nelponin sekretaris gue mastiin jadwal gue
kosong juga ‘kata
Raka begitu Gia sudah siap di lantai dasar,
‘namanya juga lupa ...... ya abis elonya kagak ngingetin
balik ‘kata Gia sembari memakai high heelsnya,
‘loh ada nak Raka ..... ‘kata Hananto Suherman yang
terlihat santai dengan pakaian rumahnya,
‘iya nih om, jemput si princess yang lupa jadwal ...’ jawab
Raka, Gia mencubit lengan Raka kesal,
‘yah gitu deh si princess Ka, ngomong-ngomong mau kemana
nih ? setelannya rapi bener?’tanya Hananto dengan satu alis terangkat,
‘keluarga saya ada acara makan malam bersama Om, jadi
mereka mau ketemu Gia ,’kata Raka,
‘Gi, jaga sikap ya, jangan malu-maluin’ Gia mendengus
mendengar pesan ayahnya,
Gia menatap pintu masuk lobby hotel Marriot ragu, ini
kegilaan yang belum pernah di mimpikan atau pun imajinasikannya selama ini,
‘kenapa loe ?’tanya Raka usai memarkirkan mobilnya,
‘keluarga loe entar curiga enggak nih, ? entar kalo gue di
tanyain ini itu tentang elo terus gue nggak ngerti gimana dong’
‘nggak banyak keluarga gue yang tahu karakter gue gimana,
karena gue nggak banyak bicara sama mereka’ Gia melongo mendengarnya, Raka
nggak banyak bicara adalah hal baru bagi Gia, karena selama ini saat bersamanya
Raka adalah pribadi yang benar-benar cerewet menurut Gia,
‘Pa .... ‘Raka memanggil Papanya yang
sepertinya juga baru datang,
‘Raka, Gia, kalian juga baru dateng
rupanya,’ sambut Wirya hangat, Gia dan Raka bergiliran mencium tangan Wirya,
‘iya nih Pa, Gia lupa tadi aja mesti
di ingetin’ jawab Raka,
‘ya abisnya, kemarin Raka nggak
ngingetin’ balas Gia yang tak terima di salahkan,
‘ya udah, masuk yuk, mama pasti udah
kayak jerapah nih sekarang ngelongak longok nyariin kita’ saran Wiryadi
diplomatis,
Gia menjajari jalan Raka yang
berwibawa, mereka nampak sangat serasi, Gia dengan gaun peach yang membuatnya
terlihat anggun dan natural serta Raka dengan kemeja nya yang nampak semi
formal,
‘kalian darimana sih ? lama banget’
sambutan Adeline membuat ketiganya memasang senyum permintaan maaf,
‘semuanya, perhatian, kenalin ini Gia,
calon istrinya Raka’ suara Adeline mengundang perhatian lusinan orang itu,
pujian cantik dan lainnya mendengung seantero ruangan restoran yang di booking
untuk acara mereka itu,
‘Gi, gue kenalin sama oma gue yuk,’ ajak
Raka sembari menggandeng Gia,
‘Assallamuallaikum, Oma’ sapa Gia
sembari mencium tangan wanita renta itu,
‘Waallaikumsallam, aduh ayune nduk
‘puji Oma,
‘Oma, jangan di puji gitu, kepalanya
gede entar’ sahut Raka, Gia memelototi Raka karenanya,
‘udah pergi sana, Oma mau ngobrol sama
dia dulu,’ usir Oma, Raka mengkode Gia, menyemangatinya semoga bisa melewati
Omanya,
‘sudah lama kenal Raka ?’tanya Oma,
Gia tersenyum,
‘lumayan Oma,’ jawabnya,
‘Oma pikir, dulu kenapa kok Raka rajin
banget ke Jogja, kirain beneran bisnis ternyata ada kamu toh di sana,
beruntungnya Raka karena ada anak gadis yang bisa ngertiin dia’ kata Oma, Gia
tersenyum, dia kan tahu, Raka di sana, memang karena urusan bisnis,
‘Gia yang beruntung Oma, orang Raka
bisa ngertiin Gia yang slengekan kayak gini’jawab Gia, Oma tertawa,
‘kamu tahu nduk, Raka itu bukan
pribadi yang mudah di pahami, buat kami keluarganya bahkan mamanya saja sulit
memahami Raka, menurutmu Raka itu gimana ?’tanya Oma lagi,
‘Raka itu, over perfect oma, emh, apa
ya, tanggung jawab, terus loyal tapi cerewet ‘jawab Gia, Oma tertawa
mendengarnya,
‘Raka cerewet ? oma kok baru tahu’
‘beneran oma, Raka itu cerewet banget
ke Gia, sampai kadang pengen Gia sumpel atau lakban itu mulut, dan Raka itu
kejem juga kadang’ jawab Gia, Oma kembali mengulas senyumnya, gurat-gurat
kecantikan di masa mudanya masih terlihat jelas, disana,
‘sejauh ini, cuman kamu yang bisa
mendeskripsikan Raka sekejam itu, semua orang yang Oma tanya selalu cuman
nyebutin sisi baik Raka,’
‘walah Oma, Gia kan cuman menyampaikan
yang Gia tahu aja hehehe’ sahut Gia, Oma tersenyum lalu melambaikan tangan ke
arah seseorang,
‘Iya Oma, wah ini Mbak Gia ya Oma
?’tanya gadis itu, Gia mendadak kebingungan mendengar ada yang mengenalinya
namun ia tidak mengenali orang itu,
‘dia adiknya Raka, sudah sejak kecil
dikirim sekolah ke Asrama’kata Oma, Gia tahu Raka punya adik tapi memang belum
pernah bertemu,
‘Dinda ya ?’tebak Gia, gadis bernama
Dinda itu mengangguk, binar matanya menunjukkan betapa bahagianya dia bertemu
Gia,
‘wah .... cantikkan aslinya dari yang
di foto ‘kata Dinda semangat, Gia tersenyum menanggapinya,
‘Dinda juga cantik kok’ puji balik
Gia, Dinda menghambur menggandeng Gia,
‘Oma, Mbak Gia sama Dinda dulu ya,
...’ pamit Dinda sembari menggamit Gia mengelilingi ruang acara,
‘ini sebenernya acara apa Din ?
katanya makan malam biasa kok sampai kayak gini’tanya Gia yang sudah gatal
ingin bertanya,
‘Mbak Gia nggak tahu ? ini itu bukan acara makan malam biasa Mbak,
ini itu perkenalan resmi Mbak Gia ke semua keluarga Wiryadi .... semacam
seleksi mbak Gia cocok nggak sama Mas Raka’ cerita Dinda, Gia mengedarkan
pandangan matanya mencari Raka,
‘Raka kok nggak cerita sih, dasar,’
dumel Gia,
‘Din, loe cerita apaan ?’Raka muncul
mendadak di samping Gia,
‘darimana loe ? cewek lu udah dapet
bintang lima nih dari Oma’ kata Dinda, Raka menoleh pada Gia dengan mata
membulat,
‘pertemuan pertama dan elo langsung di
acc, gila .... gue nggak tahu kalo standar keluarga gue freaks gini ....’ kata
Raka, Gia menaikkan satu alisnya pada Raka,
‘iya dong, Gia ... ‘ Gia menyombongkan
diri menggoda Raka,
‘apa sih loe ah ... sok bener’ balas
Raka seraya mengacak poni Gia,
‘eeh ... kebiasaan banget sih ehh ....
awas ya’ kesal Gia sembari memberi tatapan membunuh pada Raka,
‘Mas Raka, kasihanilah adikmu ini,
jangan pamer kemesraan disini dong, Dinda masih under twenty nih,’ protes
Dinda, Raka dan Gia saling pandang, mereka kan tidak sedang bermesraan, anehnya
setiap orang yang melihat adu mulut kecil mereka selalu menganggap mereka lucu
dan mesra.
‘Raka ... Gia ...’ tawa Raka, Gia dan
Dinda sontak terhenti saat Adeline datang dengan kotak cincin di tangannya,
‘Gia, sayang, ini cincin keluarga
kami, tanda kalau kamu udah di terima di sini, di pakai ya sayang’ katanya yang
hanya mampu membuat Gia melongo tak percaya.
// RASA SAKIT YANG DATANGNYA DARI MASA LALU//
Gia memandangi Ias yang nampak sangat
kesal dengan satu alis terangkat,
‘Ias sayang elo kenapa ?’tanya Gia,
Ias melirik Gia sejenak lalu,
‘Ndak papa ... ‘ kalimat yang selalu
di katakan Ias bila ia sedang uring-uringan pada Ilham,
‘ini manusia Ilham kemana Ias ?’tanya
Gia sengaja,
‘tahu, tadi sih katanya mau nganterin
adikmu tuh .... nggak tahu kemana’ Gia
mengerutkan keningnya menanggapi jawaban sinis Ias,
‘apa mereka lagi nostalgia ya ?’lirih
Gia yang di sengaja agar terdengar Ias,
‘nostalgia gimana maksudmu ?’ tanya
Ias yang mulai kepo,
‘gue nggak bahas ini ke elo karena
takutnya nyakitin Ilham, tapi Hilda itu, first love Ilham’ jawab Gia sembari
mencomot bakwan yang terhidang di depannya,
‘adik mu itu ?’ulang Ias, Gia
mengangguk,
‘Hilda waktu SMA itu, High School
Star, pinter, cantik, emh baik juga, nggak heran banyak yang suka dan salah
satunya ya, sahabat kita itu,’
‘terus Hildanya juga suka Gi ?’
‘nggak tahu, mereka sempet sih deket,
hampir-hampir jadian malah, tapi karena sesuatu hal yang melibatkan gue dan
udah keburu Ilham nya ngikut gue ke Jogja, kayaknya mereka nggak jadi, ‘
‘berarti mereka kemungkinan bisa deket
lagi ya karena Ilham bakal kerja di perusahaan bokapnya ?’
‘bisa jadi tuh, .... kenapa loe muka
mendadak demek gitu ? cemburu ? elu sih suruh ngaku elo suka aja ribet banget
dari dulu, kalo urusannya begini kan udah nggak bisa ikut campur gue’ oceh Gia,
Ias tersenyum segaris menanggapinya,
‘siapa suka sama siapa Gi ?’tanya Deta
sembari merangkul bahu Gia,
‘elo tahu siapa pake nanya lagi .... ‘
Deta memamerkan deretan gigi putihnya pada Gia, lalu menoleh pada Ias yang
terpekur dengan pikirannya sendiri,
‘kenapa cewek secantik elo harus naksirnya
ke Ilham,, kalo ke gue kan gue bakal langsung peka’ canda Deta, Ias tersenyum
segaris mendengarnya,
‘permisi Non, ada den Raka di luar’
Mbok Yem menginterupsi perbincangan santai mereka,
‘heuh ? Raka, tumben kesini nggak
bilang-bilang’ sahut Gia sembari berdiri dari duduknya,
‘bentar ya, Rahwana nyari gue’ canda
Gia, Deta dan Ias kompakan menggeleng, nampak Raka duduk di sofa ruang tamu
dengan gusar,
‘ada apa ?’ tanya Gia, Raka berdiri
lantas menarik Gia dalam pelukannya, membuat kepala Gia mendadak di penuhi
pertanyaan,
‘ada apa ?’ulang Gia sembari
menepuk-nepuk bahu Raka mencoba menenangkan Raka yang nampak kalut di
pelukannya,
‘banyak hal terjadi hari ini, dan gue
nggak tahu harus mulai cerita darimana Gi,’bisik Raka, Gia merasakan kerapuhan
Raka kali ini,
‘ikut gue ke atas, kita ke ruang baca
gue’ sahut Gia sembari membimbing Raka yang bagai sudah tak berjiwa,
‘sekarang loe bisa cerita disini,
nggak akan ada yang bisa bikin loe nggak nyaman di sini,’ kata Gia, Raka
melonggarkan lilitan dasinya yang sepertinya sudah seperti mencekiknya itu,
‘gue punya seseorang dari masalalu
yang ngasih gue luka dalem banget Gi’ Gia yang mulanya bersandar santai merubah
posisi duduknya menjadi tegap,
‘waktu usia gue dua puluh tahun, gue
lazimnya anak muda usia itu, gue punya pacar, namanya Aila, hubungan gue sama
dia udah lumayan lama gue jalanin, sekitar empat tahunan sampai saat itu,’ Raka
mulai bercerita, Gia nampak serius mendengarkannya,
‘lalu serangan jantung itu, bikin papa
gue tumbang dan harus istirahat total dan bikin gue harus ambil alih perusahaan
papa yang kacau karena sakitnya papa’ Gia mengangguk-angguk tanpa suara
mendengarnya,
‘hubungan gue sama dia masih baik-baik
aja, walaupun gue harus lebih sering di Singapur karena bisnis papa emang
basisnya di sana dan jujur kondisi keuangan gue waktu itu emang terpuruk....
lalu pelan gue ngerasa Aila mulai berubah, mulai susah di hubungin, mulai
banyak alesan tiap di ajak ketemu, .... sampai pada titik ini, gue masih
positif thinking, .... sampai berlalu setahun, saat itu karena Papa udah
ngepercayaain perusahaan ke gue, terlintas di otak gue buat nikah sama Aila,
waktu itu umur gue baru dua puluh satu, .... ‘ Gia memandangi mimik wajah sedih
Raka dengan prihatin, calon suami diktatornya ini menyimpan banyak cerita,
‘tiga tahun lalu tepatnya hari ini,
gue persiapin segalanya, acara lamaran yang sempurna di mata setiap gadis ....
‘ Gia menerawang membayangkan hal-hal romantis yang disiapkan Raka,
‘waktu gue ke apartemennya, gue nggak
sengaja liat mobil om gue .... karena gue tahu om gue itu emang bukan pria
baik-baik, gue pikir selingkuhannya juga disitu, dan loe tahu, Aila selingkuhan
om gue itu’ Gia membekap mulutnya sendiri karena shock,
‘dia bilang, uang gue nggak sebanyak
om gue dan dia cuman butuh uang nggak butuh cinta .... terus hubungan gue sama
dia berakhir tanpa ada kata putus’ Raka terdiam sejenak menenangkan hatinya
yang bergemuruh sakit,
‘terus dia pasti muncul lagi dan
ngungkit-ngungkit hubungan kalian yang nggak pernah ada kata putus’ sahut Gia,
Raka menatap Gia seolah bertanya darimana Gia tahu,
‘keliatan jelas dari raut kusut loe
itu .... ‘sahut Gia lagi, Raka mengangguk paham, lalu menyandarkan dirinya ke
bahu Gia,
‘gue harus gimana ?’ lirih Raka, Gia
terdiam sejenak, berpikir keras,
‘emh .... ya, elo kalo mau balik sama
dia gue nggak papa sih, palingan entar cewek itu yang bakal kesulitan masuk
keluarga elo’ jawab Gia, Raka memeluk Gia dari samping posesif,
‘kenapa di saat elo udah masuk jauh ke
keluarga gue, saat semua orang udah tahu elo calon istri gue, ... dan kenapa
dia harus dateng saat gue udah terbiasa ada elo dan gue nyaman... ‘ pernyataan
Raka bagian akhir mendadak menggetarkan sesuatu di dasar hati Gia yang sudah
tertidur sangat lama,
‘semua keputusan ada di tangan elo,
gue ikut aja sama mau loe karena dari awal elo yang mulai ini semua, akhirnya
gimana, elo yang tentuin’ Raka semakin menenggelamkan kepalanya di bahu Gia
mendengar perkataan Gia yang begitu saja menyerahkan keputusan padanya,
‘Gi, elo mau janji sesuatu ke gue
?’tanya Raka, Gia menoleh ke arah Raka,
‘asal nggak nyusahin gue ... ‘jawab
Gia enteng,
‘elo mau nggak janji bakal selalu ada
apapun kondisi gue’pinta Raka, Gia mengangkat satu alisnya,
‘kalo gue jadi istri loe, gue nggak
akan sekejam itu jadi cewek, ninggalin cowok karena harta ....’ jawab Gia, Raka
menghela nafasnya lega,
‘bener ya ?’ulang Raka, Gia memukul
lengan kokoh Raka yang sering di pakai olahraga itu keras,
‘melow banget sih, Raka calon gue itu
diktator, ibarat kata Rahwana modern nggak melow begini ...’ kata Gia
menetralkan suasana yang beberapa saat lalu suram,
‘sejak kapan ada Rahwana seganteng ini
?’sahut Raka tak terima, Gia menjulurkan lidahnya pada Raka menggoda,
‘sejak elo Rahwana nya’ jawab Gia,
Raka sedikit memicingkan matanya mengancam Gia,
‘udah, ayo keluar yuk, makan Ka, gue
laper ... Mbak Yem udah masak buanyak makanan favorit gue’ Gia menarik-narik
Raka agar berdiri, dengan malas Raka membuntuti Gia yang menggeretnya keluar
ruangan baca itu, begitu ruang baca terbuka,
BRUUK ....
Ias dan Deta yang sepertinya menguping
terjatuh bersamaan,
‘kalian nguping ya ?’cecar Gia, Ias
menyembunyikan diri di balik Deta,
‘Deta yang ngajakin Gi, takutnya elo
aneh-aneh sama Raka’ sahut Ias, Deta nyengir pada Gia dan Raka,
‘orang nggak kedengeran apa-apa, ruang
baca loe kan kedap udara ya Gi,’ sahut Deta, Gia terkekeh mendengarnya.
Gia memandangi interior cafe
favoritnya saat SMA dengan tatapan rindu, empat tahun lalu, ia sering datang ke
sini, bersama Ilham, Deta, Deni dan Hilda sebelum hubungan mereka menjadi kacau
seperti sekarang,
‘cafe nya masih sama kok, cuman para
pengunjungnya aja yang berubah’ suara Deni membuat Gia sedikit terhenyak di
kursinya,
‘setiap orang itu akan berubah jadi
lebih dewasa’ jawab Gia tanpa memandang Deni lagi,
‘berubah jadi dewasa sih baik, tapi
gimana kalo dia berubah menjadi orang yang benar-benar beda, bukan dia yang gue
kenal dulu’
‘mungkin sesuatu mengharuskan dia
berubah kalau nggak mau terus menerus keinget luka’
‘Gi, ada banyak yang harus kita lurusin
‘ ucap Deni yang masih setia berdiri di samping meja Gia,
‘ngomongin apa ? masa lalu ? nostalgia
maksud loe ? sorry ya Den, gue udah lama ninggalin masa lalu kita, jadi nggak
ada gunanya elo ngungkit semua itu’
‘apa nggak ada rasa buat gue yang
tersisa Gi ? kemana perasaan loe yang begitu besar buat gue dulu Gi ?’ cecar
Deni, Gia menghela nafasnya,
‘kemana ya kira-kira ? oh, persaaan
itu elo hancurin di hari kelulusan kita’ jawab Gia sambil berdiri meninggalkan
Deni yang mamatung di tempatnya berdiri,
Gia menekan tombol angka lantai 12 di
gedung itu, dengan pikiran kosong,
‘Ka, gue di depan kantor loe, iya gue
lagi nggak baik-baik aja,’ kata Gia di ujung telepon pada Raka,
‘elo kenapa ?’ pertanyaan khawatir
Raka menyambut Gia begitu sampai di lantai 12, lantai teratas gedung itu,
ruangan khusus Direksi,
‘gue bisa nggak duduk dulu ... ‘
protes Gia yang meskipun nampak sedih masih sanggup memarahi Raka,
‘ya udah masuk sana .... ‘ perintah
Raka, Gia melirik semua sekretaris cantik Raka yang memandangnya kaget,
‘Satu jam kedepan saya ada urusan
pribadi’ kata Raka pada para sekertarisnya yang langsung mengangguk patuh,
‘sekretaris mu banyak banget Ka,’ komentar
Gia sembari melirik Raka,
‘banyak kan, cantik-cantik juga’ sahut
Raka iseng, Gia menatap Raka mengancam,
‘perusahaan yang bos nya genit itu,
nggak akan bertahan lama tahu’ sahut Gia sewot, Raka terkekeh mendengar nada
kesal Gia,
‘duh senengnya denger elo kesel karena
cewek lain’ goda Raka, Gia meraih bantal sofa ruangan Raka, lalu memukuli Raka
agresif,
‘dasar lu, ehhh, gue aduin Mama
Adeline loe biar semua sekretaris loe di pecatin di ganti sekretaris tua-tua
sekalian’ amuk Gia kesal, Raka mendudukan diri di depan Gia lalu menatapnya
lurus,
‘ada apa sih ?’tanya Raka yang sudah
hafal betul dari nada suara Gia, kalau wanita ini sedang kesal,
‘Deni nemuin gue lagi ... ‘sahut Gia
blak-blakan, Raka mengangguk mulai paham sumber kekesalan calon istrinya itu,
‘katanya whatever he do, baru di
temuin aja, galau, ... ‘ canda Raka sembari mengelus rambut Gia, yang di sambut
pelototan kesal Gia tak terima,
‘ehh ... elo pikir enak apa rasanya
kalau masa lalu di ungkit ?’ bentak Gia yang justru membuat Raka tertawa tapi
membuat para sekretarisnya di luar ngeri,
‘oh iya, Gi, hari ini undangan kita di sebar loh ... ‘
Raka mengalihkan topik dengan cepat, bisa bahaya kalau marah Gia terus menerus
di biarkan,
‘undangan apa ?’tanya Gia yang sibuk
mengobservasi ruang kerja Raka,
‘undangan pernikahan ... ‘jawab Raka
yang sudah kembali duduk di mejanya dan berpura-pura fokus pada lembaran kertas
tak jelas,
‘What ? ini tanggal berapa emang
?’tanya Gia shock,
‘tanggal lima belas sayangku ... ‘goda
Raka lagi, Gia kembali meraih bantal kursi yang di dudukinya reflek lalu
melemparnya ke arah Raka,
‘ehhh ,,, elo ngerjain gue .... itu
undangan kan bakal di sebar tiga minggu lagi, orang kita nikahnya masih dua
bulan lagi ‘ sahut Gia sengit, Raka tertawa mendengar dumelan seorang Gia,
TOK .... TOK
Ketukan sopan di pintu menghentikan
ketegangan ringan antara Raka dan Gia sejenak,
‘Permisi pak, maaf mengganggu .... ada
yang memaksa masuk Pak, ... ‘kata Sekretaris Raka, yang dari nametag nya
tertera nama Joice,
‘Raka ... Sekretarismu ngelarang aku
masuk ... ‘ suara kesal seorang wanita mengundang tatapan menyelidik dari Gia,
namun menghasilkan ketegangan di wajah tampan Raka,
‘jangan bilang dia sering gangguin elo
di kantor ?’bisik Gia, Raka hanya mengangguk pasrah,
‘Raka kamu lagi ada pertemuan apa sih
?,’kata wanita itu, Gia melirk Raka yang sudah pucat pasi,
‘Kak Ai ?’ panggil Gia, wanita itu
mendadak membeku, hanya satu orang yang memanggilnya begitu, mantan kekasih
adiknya sendiri,
‘Gia,. ..’ bibirnya bergetar memanggil
nama itu, Gia sedikit oleng sebelum akhirnya mampu menguasai diri kembali,
‘jadi Kak Ai kenal sama calon suami
Gia ?’tanya Gia, Aila makin shock mendnegarnya,
‘Ka, jelasin ke gue kalau anak kecil
ini bohong’ sorot marah terlihat dari mata Aila,
‘gue udah bilang kalau hubungan gue
itu serius dan dia cewek yang udah bikin gue move on dari elo’kata Raka yang
berdiri di belakang Gia,
‘Gi ... kamu bukannya masih pacarnya
Deni ? ‘tanya Aila r
TOK .... TOK
Ketukan sopan di pintu menghentikan
ketegangan ringan antara Raka dan Gia sejenak,
‘Permisi pak, maaf mengganggu .... ada
yang memaksa masuk Pak, ... ‘kata Sekretaris Raka, yang dari nametag nya
tertera nama Joice,
‘Raka ... Sekretarismu ngelarang aku
masuk ... ‘ suara kesal seorang wanita mengundang tatapan menyelidik dari Gia,
namun menghasilkan ketegangan di wajah tampan Raka,
‘jangan bilang dia sering gangguin elo
di kantor ?’bisik Gia, Raka hanya mengangguk pasrah,
‘Raka kamu lagi ada pertemuan apa sih
?,’kata wanita itu, Gia melirk Raka yang sudah pucat pasi,
‘Kak Ai ?’ panggil Gia, wanita itu
mendadak membeku, hanya satu orang yang memanggilnya begitu, mantan kekasih
adiknya sendiri,
‘Gia,. ..’ bibirnya bergetar memanggil
nama itu, Gia sedikit oleng sebelum akhirnya mampu menguasai diri kembali,
‘jadi Kak Ai kenal sama calon suami
Gia ?’tanya Gia, Aila makin shock mendnegarnya,
‘Ka, jelasin ke gue kalau anak kecil
ini bohong’ sorot marah terlihat dari mata Aila,
‘gue udah bilang kalau hubungan gue
itu serius dan dia cewek yang udah bikin gue move on dari elo’kata Raka yang
berdiri di belakang Gia,
‘Gi ... kamu bukannya masih pacarnya
Deni ? ‘tanya Aila r
BERSAMBUNG,.,.,.....................................................................